Yayasan Raudlatul Makfufin

Berburu Amal dan Berpacu dengan Waktu

Potensi terbesar orang yang cerdik untuk kesuksesan adalah waktu. Waktu adalah potensi kekayaan untuk dimanfaatkan. (Apalagi) kewajiban sedemikian banyak sementara waktu begitu mengejar-ngejar,” demikian kata Ibn Uqail.

 “Segeralah berburu kebaikan jika kau luang. Sebab tak setiap waktu engkau bisa,” demikian sebuah syair yang menggambarkan perihal pentingnya waktu.

Sementara itu Hasan Al-Bashri berkata, “Waktu, paling berharga untuk kujaga. Dan, kulihat begit mudah untuk hilang.”

Jika kita bertanya, potensi terbesar apa yang dimiliki setiap manusia. Jawabnya tidak ada lain, kecuali waktu. Dengan waktu manusia bisa menempa diri untuk sebuah keahlian, manfaat dan keterampilan. Bahkan bersama waktu manusia bisa sampai pada kebahagiaan.

Manusia yang lalai dalam memanfaatkan waktu akan sampai pada penyesalan, kerugian bahkan kesengsaraan. Bahkan manusia yang tidak berpacu dengan waktu akan tertinggal jauh dalam percaturan kehidupan.

Jauhkan Pengangguran

Karena demikian pentingnya waktu maka Islam tidak memberikan sedikit pun peluang untuk umatnya gagal dalam memanfaatkan waktu. Sebab, segala perbuatan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu dalam keseharian umat Islam mendapat keberuntungan dengan adanya perintah sholat lima waktu, membaca Al-Qur’an setiap hari. Termasuk ibadah-ibadah lainnya yang kaitannya tidak bisa dipisahkan dengan waktu. Seperti ibadah haji, puasa, dan zakat.

Dengan kata lain, semua itu memberikan petunjuk penting bahwa umat Islam harus benar-benar memperhatikan waktu. Jangan sampai ada waktu yang dilalui tanpa amal ibadah apapun, lebih-lebih yang memang Allah dan Rasul-Nya wajibkan.

“Saya sangat muak, kepada orang yang statusnya nganggur (menyia-nyiakan waktu), tak beramal untuk akhirat, tak juga untuk dunia,” demikian ungkap Abdullah bin Mas’ud.

Untuk itu, jauhi segala hal yang tidak memberi manfaat bagi kehidupan kita. Baik manfaat bagi kehidupan dunia, lebih-lebih kehidupan akhirat.

Dalam hal ini, Ibn Jauzi berpesan, “Seyogianya, manusia mengenal kemuliaan zamannya dan harga waktunya. Jangan ia menyia-nyiakan sesaatpun dengan tanpa pendekatan diri. hendaknya ia mengutamakan yang terpenting, baik ucapan atau perbuatan.”

Bersegera dalam Kebaikan

Karena sedemikian pentingnya waktu, Allah Ta’ala memerintahkan umat Islam untuk tidak menunda-nunda kebaikan. Hal ini Allah tegaskan dalam dua surah.

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran [3]: 133).

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاء وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Kemudian firman-Nya, “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS. Al-Hadiid [57]: 21).

Para Nabi dan Rasul Allah adalah contoh tauladan dalam hal ini. Mereka senantiasa bersegera dalam kebaikan, sehingga Allah pun memberikan pertolongan kepada mereka semua.

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.”(QS. Al Anbiya’ [21]: 90).

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala tegaskan, “Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 61).

Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Muslim yang bersegera dalam kebaikan (seperti sholat tepat waktu, infak setiap hari, peduli terhadap sesama) juga akan Allah segerakan balasan-balasan kebaikannya. Lantas, apalagi yang menghalangi kita tidak bersegera dalam kebaikan?

Jadi, mari kita bersama, mengisi waktu yang Allah anugerahkan dengan sebaik-baiknya. Apalagi, waktu itu terasa sangat cepat dan begitu ia berlalu, sungguh tak dapat dikejar lagi. Dan, lebih dari sekedar itu manusia dengan waktu hanya terbagi dalam tiga tahap. Pemuda, beruban, kemudian meninggal dunia.

Jika terhadap waktu saja kita sudah sering lalai, lantas kesuksesan macam apa yang kita dambakan? Padahal, semua aturan dari ajaran Islam ini tak satu pun yang berlepas ikatan dengan waktu. Oleh karena itu jangan pernah abaikan waktu. Karena waktu adalah inti dari kehidupan itu sendiri. Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

;