Yayasan Raudlatul Makfufin

Budayakan Infaq dan Memohon Ampunan

Sebaik-baik Muslim ialah yang bertaqwa kepada Allah. Oleh karena itu sudah semestinya kita berlomba-lomba untuk bisa menjadi orang yang bertaqwa. Bukan saja kita upayakan di bulan suci Ramadhan tetapi di setiap bulan sepanjang tahun. Setiap saat hingga ajal menjemput.

Dalam pengertian umum taqwa bisa dipahami sebagai upaya seorang Muslim untuk senantiasa mentaati seluruh perintah Allah dan pada saat yang sama juga berusaha menjauhi segala larangan-Nya.

Taqwa merupakan satu karakter utama yang harus dimiliki oleh setiap Muslim baik laki-laki mapun perempuan. Sebab bagi mereka yang bertaqwa Allah telah sediakan banyak sekali keuntungan dan kebaikan.

Di antaranya ialah pengajaran langsung dari-Nya. “Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah akan mengajarmu…” (QS. 2: 282). Kemudian dalam ayat yang lain Allah juga janjikan kemudahan dalam menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi.
“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. 65: 4)

Untuk itulah Allah SWT menyediakan beragam bentuk ibadah yang bisa dilakukan oleh hamba-Nya agar berhasil menjadi insan yang taqwa.

Bahkan dalam kondisi tertentu taqwa menjadi syarat diterimanya sebuah pengorbanan. Jika pengorbanan yang dilakukan tidak lagi didasarkan pada spirit taqwa maka Allah pun enggan menerimanya. Sebab hanya pengorbanan orang yang bertaqwa saja yang akan diterima oleh-Nya.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَاناً فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِي

“Sesungguhnya amal ibadah yang diterima Allah ialah dari orang yang bertaqwa.” (QS. al Madidah: 27).

Oleh karena itu tidak ada perbekalan, perhiasan, pakaian dan perangai yang akan menyelamatkan seorang Muslim selain ketaqwaan kepada-Nya. Dengan demikian sudah sewajarnya setiap Muslim berupaya menjadi insan taqwa.

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” [QS. al Baqarah: 197]

Sedemikian pentingnya taqwa itu melekat dalam pribadi setiap Muslim. Dan, betapa beruntungnya mereka yang berhasil menggapainya. Dengan demikian, tidak ada jalan lain yang lebih baik dalam hidup ini selain harus melalui jalan taqwa.

Tidak ada prioritas lain selain membangun mental taqwa. Bahkan tidak ada yang lebih menguntungkan selain menjadi insan taqwa.Tanpa ketaqwaan kita akan mengalami banyak kendala, kegagalan dan pada akhirnya kerugian.

Kita ketahui bersama bahwa, penyebab hilangnya kekuatan umat Islam karena lemahnya karakter taqwa pada hampir seluruh lapisan umat Islam. Bahkan sumber kekalahan umat Islam di segala sektor juga karena rendahnya kualitas iman dan ketaqwaan sebagian besar keluarga-keluarga Muslim.

Dengan demikian, menjadi kewajiban kita semua untuk bersama-sama, bahu-membahu mengisi hari-hari kita, siang dan malam untuk sebisa mungkin membangun karakter taqwa dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu, bagaimana metode atau cara kita membangun mental taqwa agar umat Islam bisa menang dan bersama meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat?

Mengacu pada firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 132 dan 133 yang artinya,;
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS: Ali Imron: 133-134).

Maka setiap Muslim dalam setiap harinya harus berupaya untuk melakukan beberapa langkah:

Pertama, bersegera menuju ampunan Allah.

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِي

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (133).

Sayyid Qutb dalam tafsirnya, ‘Fi-Zhilali al-Qur’an’ menyebutkan bahwa ayat di atas menggambarkan bagaimana penunaian ketaatan kepada Allah, menjadi satu prioritas utama setiap Muslim untuk selanjutnya dilakukan dengan penuh semangat dan kesungguhan.

Sehingga setiap Muslim berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam mendapatkan hadiah istimewa dari Allah. Dengan demikian maka terciptalah suasana kompetisi penunaian ketaatan yang semarak. Jika ini terjadi, insya Allah kekuatan umat Islam akan menguat dan tipu daya syetan dan orang-orang kafir pun dengan mudah dapat dipatahkan.

Memang ada beberapa hal yang harus disegerakan dalam ajaran Islam. Seperti, membayar hutang, menikahkan anak perempuan, merawat jenazah, menghormati tamu dan bertaubat. Namun demikian yang dimaksud di sini tidak sebatas beberapa hal tadi.

Tetapi juga meliputi seluruh aktivitas harian seorang Muslim, seperti mendirikan shalat secara berjama’ah di masjid, membaca al-Qur’an, menyambung tali silaturrahim, membantu yang membutuhkan, mengakui kesalahan dan meminta maaf, dan amalan sholeh lainnya.

Hal-hal itulah yang harus kita upayakan dengan penuh gairah. Upaya yang konsisten dalam menciptakan suasana kompetisi menuju ketaqwaan seperti itu merupakan satu syarat untuk bisa meraih kemenangan dan kebahagiaan setiap Muslim dan seluruh umat Islam baik di dunia maupun di akhirat.

Kedua, membudayakan infak baik lapang atau sempit.

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِي

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit…” (QS Ali Imron: 134).

Bagaimana orang yang bertaqwa itu, yaitu orang yang senantiasa konsisten dalam berkorban, dan terus berjalan di atas manhaj, tanpa terpengaruh oleh keadaan lapang ataupun keadaan sempit.

Keadaan lapang tak membuat mereka bangga hingga lengah, dan keadaan sempit juga tidak menjadikan mereka berkeluh kesah hingga lalai. Mereka tetap menyadari kewajiban harus ditunaikan, sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin terbebas dari sifat kikir dan rakus.

Bayangkan saja, seandainya penduduk Muslim negeri ini, katakanlah 100 juta penduduk, setiap harinya infak secara serentak Rp. 1000 maka dalam satu hari akan terkumpul 100 milyar rupiah. Dalam sebulan akan terkumpul dana sebesar 3 trilyun rupiah. Berarti setahun umat Islam Indonesia akan punya dana infak sebsear 36 trilyun rupiah.

Angka yang sangat fantastis. Ini belum termasuk zakat maal. Jika ini bisa diwujudkan, program apa yang tidak bisa dibiayai oleh umat Islam? Bahkan pemerintah pun akan dibantu oleh umat Islam.

Gerakan infak ini perlu dan harus segera diwujudkan. Sebab kita sedang berada dalam perang ekonomi global yang oleh musuh-musuh Islam dikemas dalam bahasa perdagangan bebas. Kita perlu wirausahawan Muslim yang banyak agar tidak bergantung pada produk Yahudi.

Dan, untuk mewujudkan itu kita butuh banyak modal. Siapa lagi yang akan memodali upaya itu jika bukan umat Islam sendiri?

Jadi tidaklah berlebihan ungkapan bahwa the more you give, the more you get. The more you give for the more people and continue, the unlimited you’ll get.

Ketiga, menahan marah dan mudah memaafkan.

Orang yang bertaqwa pasti mampu menahan amarah. Setiap Muslim harus mampu menjadi orang yang tidak pemarah. Sebab itulah ciri Muslim sejati yang dalam hadis nabi dikatakan sebagai Muslim yang kuat.

Sebagaimana sabdanya, “Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap marah sama sekali tidak memberi dampak positif apalagi jika didorong oleh kuatnya keinginan nafsu.

Marah ditinjau secara medis juga berdampak negatif terhadap kesehatan. Saat seseorang sedang marah, seketika tekanan darah meningkat dan irama napas menjadi cepat, secepat seperti tengah bersiap untuk berkelahi atau usai lari kencang karena ketakutan.

Pada beberapa kasus, marah dapat menimbulkan tekanan darah tinggi yang mengakibatkan rasa sakit pada kepala secara mendadak yang mengakibatkan terjadinya stroke.

Jadi sifat marah sama sekali tidak memberi manfaat, tidak menyelesaikan masalah justru mengundang masalah dan terus-menerus menambah masalah. Pantas nabi mengajarkan kita untuk selalu tersenyum. Seolah-olah ia ingin mengatakan, “kalau bisa senyum kenapa mesti marah!”

Keempat, gemar berbuat kebaikan karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.

Sayyid Qutb menjelaskan, orang-orang yang mendermakan harta dalam keadaan lapang dan sempit adalah orang-orang yang berbuat kebajikan. Orang-orang yang berderma dengan pemaafan dan toleransi adalah orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Alangkah indahnya ketaqwaan itu, pantas jika Allah dalam ayat yang lain menjanjikan solusi, kemenangan dengan segera bagi orang-orang yang bertaqwa.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. At Thalaq: 2).

Jika demikian selagi masih ada waktu, mari kita bersegera berusaha sekuat tenaga untuk menjadi orang yang bertaqwa. Yakni orang yang mencintai dan gemar berbuat kebaikan demi menggapai ridha Allah untuk kemenangan umat Islam di dunia dan di akhirat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

;