Yayasan Raudlatul Makfufin

Mencintai Kegiatan Usaha

Sikap realistis dalam merintis usaha adalah mencintai semua kegiatan yang tengah kita jalankan, bukan menjalankan usaha yang kita cintai.

Nasihat lama yang masih cukup sering kita dengar kepada orang yang hendak merintis usaha adalah, rintislah usaha yang anda sukai. Cukup beralasan dan bijak. Mencintai kegiatan usaha, menjadi salah satu prasyarat agar seseorang dapat meraih kesuksesan dalam usahanya. Pada kenyataannya, tidak sedikit kita menemukan contoh sukses para pengusaha yang menggeluti usaha yang dulunya merupakan hobi atau kegemaran.

Hanyasaja, mencintai kegiatan usaha, hendaknya tidak diartikan secara sempit dan pasif, yakni kita merintis usaha yang kita cintainya. Sehingga, kita bersikeras untuk merintis usaha berdasarkan kegemaran dan hobi yang kitga miliki, tanpa mau melihat peluang usaha yang lain. Hobi atau kegemaran, memang bisa menjadi lading usaha yang memiliki peluang yang baik, namun tidak setiap hobi dan kegemaran memiliki peluang untuk dijadikan ladang usaha. Cermat dalam melihat peluang dari kegemaran yang mungkin dikembangkan, menjadi bagian dari upaya merintis usaha.

Peluang yang lebih memungkinkan, adalah kita berupaya mencintai kegiatan yang tengah kita laksanakan, tanpa memilih-milih selera dan kegemaran yang kita miliki. Sangatlah sulit untuk membedakan antara sebuah kegemaran dan kemalasan. Adakalanya orang-orang yang beralasan tidak melanjutkan usahanya karena bukan kegemarannya, adalah orang-orang malas yang mudah menyerah. Padahal, jika ia pun menggeluti kegemarannya, ia akan menemukan pula hambatan dan tantangan yang mungkin tidak kalah besarnya.

Sikap realistis dalam merintis usaha adalah mencintai semua kegiatan yang tengah kita jalankan, bukan menjalankan usaha yang kita cintai. Sikap pertama, jauh lebih banyak peluang dan kemungkinannya untuk berhasil, sebab akan menumbuhkan sikap usaha yang tidak memilih-milih dan terus berupaya keras dalam merintis usahanya. Setiap kegiatan, jerih payahnya, akan dinikmatinya sebagai “harga” yang harus dibayarnya untuk memperoleh kesuksesan.

Sedangkan sikap kedua, hanya mau merintis usaha berdasarkan apa yang dicintainya, membatasi peluang pada apa yang disukai dan dicintainya. Bukan berarti tidak mungkin berhasil, namun kemungkinan akan lebih besar apabila seseorang membalik proses cintanya menjadi lebih aktif. Hubungan kecintaan pada profesi dan usaha menjadi aktif dengan cara mulai membangun kemampuan, kepercayaan diri dan kebanggaan pada apa yang digelutinya.

Kondisi aktif ini, menuntut seorang wirausahawan untuk kreatif secara mentalitas, dimana ia terus menerus mendisiplinkan dirinya pada jalan usaha yang dirintisnya, meneguhkan hati untuk menjalani usaha karena ia tahu akan peluang dan masa depannya. Dengan kondisi mental seperti ini, ia akan mulai bisa mencintai setiap kegiatan usaha yang dilakukannya, menikmati proses yang dijalaninya.

Kondisi seperti itu, menuntut seseorang untuk benar-benar secara obyektif menghitung kemampuan dan keterbatasan dirinya, melihat peluang dan tantangan yang dihadapinya. Dengan perhitungan yang obyektif dan matang, seseorang dapat meneguhkan jalan usahanya. Sedangkan bila ia hanya akan melaksanakan usaha berdasarkan apa yang disukai dan dicintainya, sangat mungkin akan membiaskan perhitungannya. Terlalu membesarkan kemampuan dirinya sehingga tidak mampu melihat keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, terlalu over estimate atas peluang yang mungkin diwujudkannya dan cenderung mengecilkan tantangan yang mungkin menghadangnya.

Mencoba mencintai setiap apa yang dikerjakan, itulah salah satu usaha yang harus terus menerus dibina dalam diri seorang pengusaha. Dengan mental semacam ini, maka ia akan menikmati proses, usaha dan jerih payahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

;