Yayasan Raudlatul Makfufin

Wahai Wanita, Muliakan Dirimu dengan Berhijab

Semenjak Kapolri Jenderal (Pol) Sutarman memberi sinya dibolehkannya Polisi Wanita (Polwan) berjilbab, jutaan masyarakat Muslim Indonesia masih menunggu berita gembira ini segera terlaksana.

Tentusaja para Polwan Muslim di seluruh tanah air yang telah lama menahan keinginannya untuk berjilbab secara kaffah (total).

Wajar bukan, jika wanita Muslim yang berprofesi sebagai apapun mendapat kemudahan dan dukungan ketika menunaikan perintah agama yang diyakininya?

Begitupun memakai jilbab yang merupakan kewajiban bagi setiap Muslimah, karena memakai jilbab adalah hak asasi setiap individu wanita yang hendak menjaga auratnya.

Fenomena jilbab di kalangan wanita Muslim adalah hal yang sudah berlangsung cukup lama. Begitu banyak kajian yang telah dilakukan berkaitan dengan hal ini. Dan sudah barang tentu terdapat dua kubu yang saling bertentangan seperti umumnya yang sering terjadi dalam menyikapi sebuah fenomena. Satu kubu yang pro menganggap jilbab sebagai suatu kewajiban bagi seorang Muslimah seperti yang telah diperintahkan Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an. Di sisi lain, kelompok kontra menganggap jilbab sebagai bagian dari trend atau fashion semata. Bahkan, ada juga yang beranggapan jilbab dapat mengurangi profesionalitas seorang wanita dalam kariernya.

Budaya jilbab terus berupaya meng-counter perkembangan zaman yang telah banyak mempengaruhi perubahan – perubahan mendasar pada diri manusia, salah satu contoh yang mudah diamati adalah cara berbusana terutama pada kaum hawa. Sungguh memprihatinkan perubahan style busana pada wanita akhir – akhir ini, dimana busana bukan untuk menutup tubuh indahnya melainkan semakin mempertontonkan aurat yang harusnya terjaga. Hal ini juga yang mempengaruhi peningkatan tindak kriminal pada wanita sebagaimana berita yang sering kita lihat dan dengar di media masa. Maraknya perselingkuhan / gonta – ganti pasangan, pemerkosaan dibawah umur, aksi mesum remaja hingga oknum pejabat menjadi berita yang tiada putusnya sampai detik ini.

Dalam Islam, Allah Subhanahu Wata’ala telah mengatur busana kaum hawa melalui beberapa firman-Nya di dalam Al Qur’an, hal ini tentu mempunyai tujuan dan manfaat yang besar bagi kaum perempuan itu sendiri, bagi kaum pria di sekelilingnya dan tentunya bagi perkembangan generasi suatu bangsa. Karenanya, alangkah baik dan indahhya bila kesadaran diri memakai jilbab tersebut lahir tanpa paksaan atau instruksi dari pihak manapun, karena para wanita dengan sendirinya benar-benar mengerti alasan yang hakiki mengapa dirinya harus memakai jilbab. Berjilbab bukan hanya karena ingin mengikuti trend yang sedang laris digandrungi atau pengaruh teman atau karena adanya kebijakan dari atasan. Namun, mereka berjilbab karena tuntunan Islam yang senantiasa menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Demikian banyaknya ayat-ayat Allah yang memerintahkan kaum wanita untuk berbusana menutupi auratnya, semua bertujuan demi menjaga dan melindungi wanita dari kenistaan sebagaimana yang terjadi di era liberal seperti sekarang ini. Selain itu, aturan berjilbab merupakan bukti bahwa Islam sangat melarang adanya eksploitasi keindahan tubuh yang telah Allah anugerahkan pada diri setiap wanita. Berikut beberapa ayat-ayat Allah yang mengharuskan seorang wanita untuk berjilbab.

Ayat Pertama:

يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.” (QS. An Nur: 31).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa pada diri setiap wanita adalah perhiasan yang tidak boleh diumbar kecuali kepada mahramnya. Menurut Ibnu Mas’ud tentang perhiasan yang (biasa) nampak dari wanita: “(yaitu) pakaian” (Riwayat Ibnu Jarir). Artinya, yang boleh nampak dari wanita hanyalah pakaian, karena memang itu tidak mungkin disembunyikan.

Perintah ini nampak bertolak belakang dengan modernisasi zaman yang justru mengeksploitasi segala yang ada pada seorang wanita. Saat ini, wanita menjadi objek bisnis yang menggiurkan karena keindahan tubuhnya. Mulai dari model yang dijual keindahan lekuk tubuhnya, sampai pada tingkat pemuas nafsu pria hidung belang yang bergentayangan bagaikan buaya kelaparan.

Padahal semestinya keindahan tubuh seorang wanita hanya boleh dinikmati oleh suaminya yang telah sah menjadi imam dalam hidup di dunia ini.

Pertanyaannya, mengapa banyak wanita yang gemar memamerkan perhiasan tubuhnya kepada orang lain meskipun dirinya telah bersuami? Tidakkah dirinya takut dengan azab Illahi yang banyak menimpa kaum hawa?

Ayat selanjutnya;

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

 “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (dan leher) mereka.” (QS. An Nur: 31)

Berdasarkan ayat ini wanita wajib menutupi dada dan lehernya karena merupakan aurat seorang wanita. Allah sungguh lebih tahu umatnya. Bukankah telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa perilaku pelecehan seksual pada wanita sering dipicu oleh “pertunjukan” dada oleh wanita – wanita pengumbar aurat.

Ayat yang lain;

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن

 يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

 “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59).

Inilah perintah yang menjadi identitas seorang Muslimah untuk selalu mengenakan jilbab di manapun dirinya berada.

Sebagaimana diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “Allah memerintahkan kepada istri-istri kaum mukminin, jika mereka keluar rumah karena suatu keperluan, hendaklah mereka menutupi wajah mereka dengan jilbab (pakaian semacam mukena) dari kepala mereka. Mereka dapat menampakkan satu mata saja.”

Dari ayat-ayat perintah berjilbab tersebut, tersirat sebuah tujuan mulia yakni menjaga martabat seorang wanita dari laki-laki asing (bukan mahramnya). Wanita yang baik akan menggunakan jilbab untuk menjaga hijab ketika bersosialisai dengan siapapun dan di manapun, kecuali kepada kerabat keluarganya. Dengan menjaga hijab, kehidupan seorang wanita akan jauh dari fitnah terlebih-lebih gosip di jaman seperti ini.

Dan masih banyak ayat-ayat Allah maupun hadits Rasulullah yang mengharuskan jilbab bagi seorang Muslimah jika dirinya ingin benar-benar mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya.

Jilbab menjadi simbol bagi wanita yang terjaga, maka tidak dibenarkan bagi mereka yang berjilbab sementara perilakunya tidak terjaga dari perbuatan zina. Jilbab juga merupakan pelindung seorang wanita baik di dunia maupun di akhirat kelak, maka segeralah kaum hawa di atas bumi Allah ini mengenakan jilbab agar dirinya selamat.

Sungguh mulia para wanita yang hingga detik ini masih dengan bangga menutup aurat dengan cara berjilbab dan tetap istiqomah memakainya dalam keadaan apapun. Inilah bentuk perhatian Allah dengan menjaga para wanita penjaga hijab yang insya Allah akan selalu ditinggikan harkat dan martabatnya baik selama hidup di dunia maupun kelak di akhirat. Semoga kita semua adalah orang – orang yang beruntung karena termasuk dalam umat yang ikut memperjuangkan penegakan Risalah Islam, Amin ya robbal ‘alamin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

;