Yayasan Raudlatul Makfufin

Keterbatasan Tak Menjadi Penghalang Untuk Menghafalkan Al-Quran

Kitab suci Al-Quran merupakan kalam Allah SWT, yang dimana didalamnya berisikan cahaya ilmu penerang kehidupan dunia maupun akhirat. Allah menurunkan Al-Quran, untuk umat Islam tanpa terkecuali tak mengenal batasan usia ataupun kesempurnaan jasmani. Al-Quran bukan saja bahan bacaan atau pengetahuan semata, akan tetapi sebagai rambu-rambu di dunia, yang selanjutnya menuju alam keabadian dimana setiap kita pasti ketempat tersebut entah kapan waktunya. Dengan rambu-rambu tersebut jadi mengetahui jalan mana saja yang boleh dilewati atau tidak. Karena tak ada satupun yang dapat disembunyikan dari hadapan Allah SWT, meskipun tatkala di dunia kita mahir dalam menyulap kata-kata kepalsuaan. Sesuai dengan firman Allah:

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.

Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”.

Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Fushilat: 20-22)

Menghafal Al-Quran memang bukan perintah wajib bagi umat Muslim, namun ada rasa kesenangan tersendiri dikarenakan dapat membaca ayat-ayat Allah dengan lancar. Karena bagi orang membaca Al-Quran terbata-bata saja Allah tetap memberikan pahala dua kali, lalu apalagi yang telah lancar para Malaikat bersamanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mukmin yang mahir membaca Al-Quran, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al-Quran dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” HR Muslim No. 1329

Sedangkan dalam Islam tidak ada larangan bagi disabilitas tunanetra untuk belajar ilmu yang bermanfaat apalagi menghafal Al-Quran. Seperti halnya para santri Raudlatul Makfufin, yang dimana setiap harinya pagi dan sore bersemangat selalu stor hafalan kepada Ustadznya. Dalam satu minggu sekali mereka sekurang-kurangnya 18 ayat yang dihafalkannya. Belum lagi Murojaah dalam sehari kurang lebih 4 hingga 6 ayat, untuk menjaga hafalannya biar selalu melekat dalam ingatan. Dimana ada niat yang kuat maka gelapnya pandangan tak menjadi alasan untuk menghafalkan ayat-ayat Al-Quran semangat serta tekun sebagai teman terdekatnya.

 

***Windra ©

 

;