Mbah Jum, Pedagang Tunanetra Penghafal Al-Qur’an

 

Mbah Jum, Begitulah beliau dipanggil. Aku sempat bertemu dengannya 5 tahun yang lalu saat berlibur di Kasian Bantul Yogyakarta.

Mbah Jum seorang tunanetra yang berprofesi sebagai pedagang tempe.

Setiap pagi beliau dibonceng cucunya ke pasar untuk berjualan tempe. Sesampainya dipasar, tempe segera digelar. Sambil menunggu pembeli datang, disaat pedagang lain sibuk menghitung uang dan ngerumpi dengan sesama pedagang, Mbah Jum selalu bersenandung sholawat.

Cucunya meninggalkan Mbah Jum sebentar, karena ia juga bekerja sebagai kuli panggul di pasar itu. Dua Jam kemudian, cucunya datang kembali untuk mengantar si mbahnya pulang ke rumah. Tidak sampai 2 jam dagangan tempe Mbah Jum sudah habis ludes.

Mbah Jum selalu pulang paling awal dibanding pedagang lainnya. Sebelum pulang Mbah Jum selalu meminta cucunya menghitung uang hasil dagangannya dulu. Bila cucunya menyebut angka lebih dari 50 ribu rupiah, Mbah Jum selalu minta cucunya mampir ke masjid untuk memasukkan uang lebihnya itu ke kotak amal. Saat kutanya : “Kenapa begitu?”

“Karena kata si mbah modal nya membuat tempe hanya 20 ribu, harusnya si mbah paling banyak dapetnya yaa 50 ribu.

Kalau sampai lebih berarti itu punyanya gusti Allah, harus dikembalikan lagi. Lha rumahnya gusti Allah kan dimasjid mbak, makanya kalau dapet lebih dari 50 ribu, saya diminta si mbah masukkin uang lebihnya ke masjid.”

Lho, kalo sampai lebih dari 50ribu, itukan hak si mbah, kan artinya si mbah saat itu bawa tempe lebih banyak to?” tanyaku lagi.

“Nggak mbak. Si mbah itu tiap hari bawa tempenya ga berubah-ubah jumlahnya sama.” Cucunya kembali menjelaskan padaku.

Tiap kenapa hasil penjualan si mbah bisa berbeda-beda?” tanyaku lagi.

“Begini mbak, kalau ada yang beli tempe sama si mbah, karena si mbah tidak bisa melihat, si mbah selalu bilang, ambil sendiri, Tapi mereka para pembeli itu selalu bilang, uangnya pas kok mbah, ga ada kembalian. Padahal banyak dari mereka yang beli tempe 10ribu ngasih uang 50 ribu. Dan mereka semua selalu bilang uangnya pas, ga ada kembalian

Pernah suatu hari si mbah dapat uang 350ribu. Yaa 300ribu nya saya taruh dikotak amal masjid.” Begitu penjelasan sang cucu. Aku melongo terdiam mendengar penjelasan itu disaat semua orang ingin semuanya menjadi uang bahkan kalo bisa kotorannya sendiri pun disulap menjadi uang, tapi ini mbah Jum??? Ahh sudahlah logikaku yang hidup di era kemoderanan jahiliyah ini memang belum sampai.

Ternyata mbah Jum juga seorang tukang pijat bayi (begitulah orang dikampung itu menyebutnya). Jadi bila ada anak-anak yang dikeluhkan demam, batuk, pilek, rewel, kejang, diare, muntah-muntah dll, biasanya orang tua mereka akan langsung mengantarkan ke rumah mbah Jum.

Bahkan bukan hanya pijat bayi dan anak-anak, mbah Jum juga bisa membantu pemulihan kesehatan bagi orang dewasa yang mengalami keseleo, memar, patah tulang, dan sejenisnya. mbah Jum tidak pernah memberikan tarif untuk jasanya itu, padahal beliau bersedia diganggu 24 jam.

Bahkan bila ada yang memberikan imbalan untuk jasanya itu, ia selalu memasukkan 100% ke kotak amal masjid. Ya! 100%! anda kaget? sama, saya juga kaget

Ketika aku kembali bertanya : “kenapa harus semuanya dimasukkan ke kotak amal?”

Sambil tersenyum mbah Jum memberi penjelasan : “Kulo niki sakjane mboten pinter mijet. Nek wonten sing seger waras mergo dipijet kaleh kulo, niku sanes kulo seng ndamel seger waras, niku karsane gusti Allah. Lha dadose mbayare mboten kaleh kulo, tapi kaleh Gusti Allah.”

(Saya itu sebenarnya nggak pinter mijit. Kalau ada yang sembuh karena saya pijit, itu bukan karena saya, tapi karena gusti Allah. Jadi bayarnya bukan sama saya, tapi sama Gusti Allah)

Lagi-lagi aku terdiam. Lurus menatap wajah keriputnya yang bersih. Ternyata manusia yang datang dari peradaban kapitalis akan terkagetkaget saat dihadapkan oleh peradaban sedekah tingkat tinggi macam ini. Dimana era kapitalis orang sekarat saja masih dijadikan lahan bisnis.

Dikarenakan kondisinya yang tuna netra seja lahir, membuar mbah Jum tidak bisa membaca dan menulis, namum ternyata ia hafal 30 Juz Al-Qur’an. Subhanallah !!!

Kulo niki tiang kampong. Mboten saget ningali nopo-nopo ket bayi. Alhamdulillah karsane gusti Allah kulo diparingi berkah, saget apal Qur’an. Gusti Allah niku bener-bener adil kaleh kulo.”

(Saya ini orang kampung. Tidak bisa melihat apapun dari bayi. Alhamdulillah kehendak gusti Allah, saya diberi keberkahan, bisa hafal Al-Qur’an. Gusti Allah itu benar-benar adil sama saya).

Itu kata-kata terakhir mbah Jum, sebelum aku pamit pulang. Kupeluk erat dia, kuamati wajahnya. Kurasa saat itu bidadari surga iri melihat mbah Jum, karena kelak para bidadari itu akan menjadi pelayan bagi mbah Jum.

Kisah ini ditulis oleh Irene Rajiman

 

[Puisi] Yang Ilahi dalam Hati

Yang Ilahi dalam Hati
Puisi oleh: Embun Pagi

Teruntuk ufuk pagi yang menyinari…
Tanpa bisa melihat cahaya dunia…
Siang dan malam nampak sama…..
Mentari dan senja tidak ada duanya…
Tetapi ku terus meraba tanpa kenal lelah…

Semilar angin terus menghampiri….
Ku terus meraba agar tidak tertinggal oleh dunia…
Jiwa ku terus menjerit yang terdengar suara mencibir sadis….
Tapi aku tidak boleh terpuruk oleh kenyataan.. .

Bangkit untuk bertahan badainya dunia…
Terus ku pacarkan doa dalam hati…
Agar jiwa ku tetap hangat seperti matahari yang kurasakan…
Tuhan memang tak memberikan ku penglihatan…
Tapi mata hatiku selalu melihat cahaya……

Cahaya dari mu tuhan…
Hadir dalam tuntunan doa dan sujud syukur ku….
Atas apa yang engkau berikan pada ku…
Kelak suatu saat aku yang buta….
Akan menaklukkan cakrawala dunia dan akhirat…..

Pertanian Purba Sesi 2: Tinjauan Ulang, Uji Hipotesis, Manfaat Kesehatan dan Pemasaran Produk

 

Sesi ke-2 merupakan pertemuan di mana Bapak Deden dan Ibu Silvi kembali mendampingi pihak Yayasan Raudlatul Makfufin dalam pengembangan di bidang pertanian, atau yang juga dikenal dengan sebutan agrobisnis. Di pertemuan kedua kali ini, Pak Deden menyampaikan banyak sekali ilmu baru yang sangat bermanfaat bagi para peserta.

Pertama, sesi ini diawali dengan peninjauan ulang (review) tentang sejauh mana Yayasan Raudlatul Makfufin sudah menerapkan praktik budidaya pohon cabai rawit setan ini. Terdapat tiga metode yang dipakai di mana keberhasilannya ditentukan oleh 1) sumber dan kualitas biji cabai, 2) metode penyemaian dan 3) media tanam. Alhamdulillah, mengingat pepatah yang berujar “kegagalan adalah pengalaman yang paling berharga,” kini ratusan pohon cabai di Yayasan siap dibudidayakan di media polybag. Itulah mengapa, Pak Deden menekankan bahwa uji hipotesis harus didahulukan dari proses analisis.

Di samping itu, Bapak Deden juga memberikan tips-tips kesehatan berdasarkan sifat warna buah. Pak Deden menjelaskan bahwa pada dasarkanya, daging buah (bukan kulit luarnya) memiliki tiga warna pokok, yaitu kuning, merah dan putih. Ketiga warna ini, kemudian, berkaitan dengan tiga akan pernyakit yang dialami manusia: a) peradangan (inflamasi) yang berhubungan dengan warna putih, b) kadar minyak dalam tubuh yang berhubungan dengan warna kuning, c) dan penyakit yang disebabkan oleh faktor darah sehingga berkaitan dengan warna merah. Oleh karena itu, sebagai kesimpulannya, penangan suatu penyakit bisa dibantu penanganannya dengan menggunakan rumus di atas. Sebagai contoh, radang tenggorokan akan terbantu kesembuhannya bila pengidap sakitnya mengkonsumsi buah-buahan berdaging putih seperti sirsak atau apel.

Terakhir, Bapak Deden juga menyampaikan beberapa potensi bisnis yang bisa dihasilkan dari budidaya pohon cabai ini. Yang utama, tentu, adalah penjualan cabai itu sendiri. Kedua adalah pohon cabai yang nilainya ditentukan berdasarkan usia dan ketinggiannya. Ketiga adalah bibitnya. Keempat adalah penjualan pupuk cair organik. Kelima penjualan pupuk organik pada. Dan terakhir adalah penjualan belatung organik yang dapat dibudidayakan dan kemudian dijual untuk kebutuhan pasar.

 

Keutamaan Surat al-Waqi’ah

Keutamaan Surat al-Waqi’ah

Oleh: Windra

Surat al-Waqiah adalah satu di antara surat-surat al-Qur’an yang akrab di telinga masyarakat Muslim Indonesia. Surat al-Waqiah memiliki sejumlah keutamaan atau fadhilah yang patut disayangkan apabila ditinggalkan oleh seorang Muslim. Melalui haditsnya, Rasulullah SAW bersabda:

قاﻝ ابن مسعود: ﺇﻧﻲ ﻗﺪ ﻋﻠﻤﺘﻬﻢ ﺷﻴﺌﺎ ﺇﺫا ﻗﺎﻟﻮﻩ ﻟﻢ ﻳﻔﺘﻘﺮﻭا، ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: ﻣﻦ ﻗﺮﺃ اﻟﻮاﻗﻌﺔ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ ﻟﻢ ﻳﻔﺘﻘﺮ (رواه البيهاقي)

“Ibnu Mas’ud berkata: “Saya telah mengajarkan sesuatu pada mereka, jika mereka membacanya tidak akan miskin. Saya mendengar Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa membaca surat Waqiah tiap malam maka ia tidak akan miskin.” (HR Al Baihaqi)

Di dalam hadits lainnya yand diriwayatkan oleh Dailami dari Anas, Rasulullah SAW bersabda:

ﻋﻠﻤﻮا ﻧﺴﺎءﻛﻢ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﻮاﻗﻌﺔ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﻐﻨﻰ (رواه اﻟﺪﻳﻠﻤﻲ عن أنس)

“Ajarkanlah surah Al-Waqiah kepada isteri-isterimu. Karena sesungguhnya ia adalah surah kekayaan.” (HR Dailami dari Anas)

Surah Al-Waqiah yang berasal dari kosakata Bahasa Arab mempunyai makna ‘Hari Kiamat.’ Surah ke-56 ini mempunyai 96 jumlah ayat, merupakan golongan surat Makkiyah, dan penamaan nama surahtnya, yaitu al-Waqiah, diambil dari kata al-Waaqi’ah yang bisa kita temui diawal ayat.

Surat al-Waqiah bercerita tentang peristiwa kiamat yang kelak nanti akan tiba. Di samping itu, surat ini juga menjelaskan tentang penciptaan manusia dan tumbuh-tumbuahan yang terjadi atas kuasa Allah SWT dan karena kebesaran-Nya.

Banyaknya faidah yang terkandung dalam surat Al-Waqiah salah satunya adalah tentang pendidikan nilai-nilai keimanan mengenai hari akhir nanti. Allah SWT berfirman: “Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan.” (QS. 56: 1-7). Melalui surat ke 56 ini juga, Allah SWT memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya bahwa manusia kelak akan mendapatkan balasan atas apa yang dikerjakannya saat di dunia.

Dengan demikian, wahai saudara-saudaraku, seiman dan satu keyakinan – khususnya teman-teman disabilitas netra di Makfufin dan dimanapun berada, Mari kita bangkitkan semangat dalam membaca surat Al-Waqiah di setiap malam, dan meng-istiqamahkannya. Dengannya, semoga Allah SWT berkenan menurunkan keutamaan suratnya bagi kita yang istiqamah dalam membacanya; melapangkan rezeki kita semua; menjadikan kita hamba-hamba yang selalu mengingat hari akhir agar iman kita bertambah; dan agar kita senantiasa berendah hati dimanapun berada. Apapun yang kita lakukan – entah kecil ataupun besar – pasti akan ada balasannya di kemudian hari.

Wallahu ‘Alamu Bishhawab

 

Sinar Ilmu Menggantikan Penglihatan

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap orang. Pada dasarnya, manusia tidak mengetahui apa-apa. Pendidikan kemudian menjadi jendela kehidupan manusia dimana sinar ilmu pengetahuan masuk kedalam diri seseorang. Dengan ilmu pengetahuan, seseorang dapat menguasai suatu bidang ilmu tertentu.

Manusia telah diberikan akal oleh Allah untuk memahami ilmu-ilmunya yang bertebaran di muka bumi seperti tafsir, hadits, fiqh dan masih banyak lagi lainnya. Dapat kita bayangkan, seseorang yang tidak mendapatkan ilmu pengetahuan seperti seseorang yang berada di dalam ruangan gelap tanpa lampu. Dengan Pendidikan, manusia menjadi lebih terarah dalam berfikir dan berpendapat. Bahkan, wahyu yang pertama kali turun adalah sebuah perintah untuk membaca. Allah SWT berfirman:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al’Alaq 1:5)

Di dalam ayat lainnya, Allah berfirman:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl 78)

Adapun sejumlah manfaat dan keutamaan dari buah pendidikan adalah sebagai berikut:

  1. Tumbuhnya kesadaran dalam diri bahwa Allah SWT Maha Besar dan Maha Kuasa
  2. Membuka jendela dunia yang jauh lebih luas
  3. Mendapatkan kemuliaan dengan berbagi ilmu pengetahuan
  4. Membuka pintu rizki
  5. Mendapat kemudahan dalam melakukan banyak hal sesuai ilmu yang dimiliki
  6. Meningkatkan rasa syukur karena masih memperoleh kesempatan untuk menikmati manisnya ilmu pengetahuan

Demikian halnya dengan teman-teman tunanetra. Meskipun secara kasat mata pandangan mereka gelap, dengan ilmu pengetahuan mereka akan tahu kemana arah melangkah, dan bagaimana impian dan cita-cita dapat diwujudkan. Karenanya, tiadanya penglihatan tidak menjadi alasan dan penghalang bagi tunanetra untuk memperoleh pendidikan.

 

Berita Hoax/Penipuan Mengatasnamakan Yayasan Raudlatul Makfufin

Telah tersebar broadcast penggalangan dana palsu mengatasnamakan Yayasan Raudlatul Makfufin.

Mohon waspada dan hati-hati!

Yayasan Raudlatul Makfufin tidak pernah melakukan penggalangan dana melainkan dengan menggunakan rekening lembaga resmi, dengan pengajuan syarat ketat sebagai lembaga yang telah diakui pemerintah.

Sebagaimana tercantum dalam website resmi kami di link berikut (https://makfufin.id/donasi/) seluruh donasi untuk kegiatan kami menggunakan nama lembaga, dan tidak pernah menggunakan rekening atas nama pribadi.

Demikian klarifikasi kami atas nama pengurus harian Yayasan Raudlatul Makfufin terkait broadcast penipuan mengatasnamakan lembaga kami.

Bagi seluruh pihak yang telah menaruh perhatian dan niat baiknya untuk Yayasan Raudlatul Makfufin, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Bagi pihak-pihak yang memanfaatkan nama Yayasan dengan niatan buruk, semoga Allah memberikan hidayah dan taufik-Nya.

Wassalamu’alaikum..

 

www.makfufin.id
www.instagram.com/makfufin/
Kontak (021) 7463-5929 | 0811-83000-72

 

Semangat dalam Menulis untuk Tunanetra

Menyalakan pelita semangat dalam melakukan aktifitas menulis memang tak semudah membalikan telapak tangan. Selain menuangkan ide dalam bentuk tulisan, seorang penulis dituntut untuk rajin membaca. Hasil dari kegiatan membaca akan memunculkan ide yang akan memantik sebuah keinginan untuk menulis seperti apa yang sedang dibacanya.

Melalui beberapa tips dibawah ini semoga semangat teman-teman untuk menulis dapat timbul. Bagi disabilitas tunanetra, menulis dapat dijadikan pekerjaan untuk menghasilkan cuan. Peralatan yang diperlukan juga tak perlu canggih asalkan selalu menanamkan niat serta semangat yang kuat.

  1. Yang pertama adalah munculkan rasa suka terlebih dahulu dari dalam diri kita. Jika pekerjaan muncul dari apa yang kita sukai, maka ketika menjalankannya seseorang tidak akan merasakan lelah ataupun bosan. Misalnya, bagi teman-teman tunanetra yang hobinya memasak, resep-resepnya dapat dituliskan di hp atau di la Dari sini, teman-teman akan terbiasa untuk menulis.
  2. Inspirasi datang dari mana saja. Hal ini kerap menjadi persoalan besar bagi seseorang yang akan memulai aktifitas menulisnya. Rasa bingung sering muncul. Mau menulis apa hari ini. Sesungguhnya jika telah suka, rasa bingung tak akan ada lagi karena bahan atau inspirasi bisa didapatkan di sekeliling kita.
  3. Jangan biarkan rasa tak percaya diri merayapi kita. Kita perlu tetap percaya diri dengan tulisan kita, dan tetap belajar juga terus berusaha untuk memperbaiki tulisan. Jangan pernah berhenti karena jika sudah terbiasa lama-lama akan terampil juga. Untuk menjadi terampil dalam menulis memerlukan waktu yang tidak singkat.
  4. Tekun dan sabar. Poin ini tak dapat dilepaskan dari seorang penulis. Pekerjaan penulis adalah menuangkan fikiran menjadi rangkaian kata-kata lalu menjadi deretan kalimat sehingga dapat dibaca oleh orang banyak. Hal itu bukan sesuatu yang mudah. Tapi, jangan sampai dijadikan alasan sehingga kita tidak pernah mencoba merangkai kata. Kita dapat mencoba untuk menulis dalam satu hari sebanyak satu baris. Atau dalam  satu jam membuat beberapa kalimat. Dengan begitu Insya Allah akan terbiasa nantinya.

Sahabat Rasulullah Ali Bin Abi Thalib pernah berkata: “Ikatlah ilmu dengan menulis.” Kegiatan menulis telah ada dari zaman Rasulullah SAW dan hingga saat ini. Imam Besar Al-Ghazali juga telah memberikan motivasinya dalam penulisan dengan berkata: “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak seorang ulama, maka jadilah penulis.”.

 

~Segara Aksara

Amal Wakaf Mengalir Sepanjang Masa

Wakaf adalah syari’at Islam yang dipraktikan oleh Rasulullah, diikuti para sahabat dan umat Muslim sampai saat ini. Amalan wakaf tidak hanya bermanfaat bagi penerima saja, namun juga menjadi ladang sumur pahala bagi pemberinya sepanjang masa tanpa terputus. Terlebih, apabila manfaat wakaf dapat terus memberikan manfaat, maka pahalanya akan terus mengalir.

Ibadah wakaf adalah seumpama buah dengan rasa yang manis dimana biji dari buah dapat ditanam lagi di lahan yang berbeda untuk menumbuhkan pohon-pohon dan buah-buahnya yang baru. Siklus ini terus berputar tanpa terputus. Seperti itulah perumpamaan pahala orang-orang yang mengambalkan syari’at wakaf.

Seiring berkembangnya zaman, model-model wakaf juga turut berkembang. Diantaranya adalah wakaf al-Qur’an braille yang dapat memberikan manfaat di dunia tunanetra. Al-Quran braille secara khusus diperuntukkan bagi tunanetra Muslim. Al-Qur’an braille ditulis dengan titik-titik timbul dengan ukuran huruf yang tidak dapat diperkecil, ataupun diperbesar. Dalam pencetakannya, 1 juz al-Qur’an braille dijilid menjadi 1 volume/buku sehingga, dengan demikian, 1 al-Qur’an braille 30 juz terdiri dari 30 buku/volume al-Qur’an. Dengan volume produksi yang lebih besar, pencetakan 1 al-Qur’an braille membutuhkan durasi waktu yang lebih lama.

Penyimpanan al-Qur’an braille juga tidak boleh menumpuk. Hal ini akan menyebabkan titik-titik huruf yang menonjol menjadi hilang dan tidak teraba. Oleh karena itu, kertas yang dipakai untuk pencetakan al-Qur’an braille perlu cukup tebal. Apabila kertas yang dipakai terlampau tipis, saat dicetak kertas tersebut akan berlubang, atau daya tahan timbul dari titik-titik tersebut tidak akan bertahan lama. Tidak mengherankan apabila biaya pencetakan al-Qur’an bisa jauh berkali-kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan mushaf al-Qur’an yang biasa dipakai oleh orang-orang berpenglihatan.

Al-Qur’an adalah pentunjuk dari Allah yang menjadi obor penerang bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. Tanpa al-Qur’an, manusia akan kehilangan arah, dan hatinya menjadi kering dari nilai-nilai luhur ajaran Islam. Di Yayasan Raudlatul Makfufin, ada sebuah slogan yang masyhur di kalangan tunanetra: “Buta mata tapi tidak buta hati.” Meskipun mata tidak melihat, tapi mata hati tetap dapat melihat melalui cahaya al-Qur’an. Dasar ini yang mendorong Yayasan Raudlatul Makfufin untuk terus mengembangkan program wakaf al-Qur’an yang akan disebarkan ke seluruh penjuru Indonesia.

Rasulullah bersabda: “Ada 7 perkara yang pahalanya mengalir bagi seorang hamba di dalam kuburnya setelah kematiannya: Orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air sungai, membuat sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf al-Quran, anak yang memintakan ampunan untuknya setelah kematiannya.” (Shahih al-Jami’ 3602 dan Shahih at-Targhib 2600)

 

***Windra

 

Rutinitas Santri Pesantren Raudlatul Makfufin

Kegiatan santri di pesantren manapun tidak jauh berbeda. Bangun sebelum shalat Subuh menjadi rutinitas sehari-hari. Ibadah sepertiga malam dibiasakan kepada para santri yang masih usia sekolah, dan siangnya mereka mengikuti kegiatan di kelas. Ilmu agama dan dunia memang harus berjalan saling beriringan sesuai dengan tempatnya masing-masing. Islam sendiri tak melarang umatnya untuk mempelajari ilmu dunia, asalkan benar dan bermanfaat. Dengan mempelajari ilmu pengetahuan, manusia akan lebih mudah dalam melakukan segala sesuatu. Di samping itu, jika memperlajari ilmu agama, manusia akan diarahkan untuk mengenal yang baik dan buruk agar dapat berhati-hati dalam melangkah.

Kehidupan santri berbeda dengan kehidupan di rumah. Di asrama pesantren para santri disibukan oleh kegiatan-kegiatan dari sebelum subuh sampai malam tiba. Mereka istirahat hanya beberapa jam saja. Hal ini dilakukan untuk melatih kemandirian yang akan dipakai ketika kembali ditengah-tengah masyarakat kelak. Di dalam asrama pesantren, yang dipelajari tidak hanya ilmu semata melainkan kebersamaan, kesederhanaan dan mengenal teman-temannya yang berasal dari berbagai daerah. Membuka cakrawala keragaman khazanah yang luas didapatkan ketika santri berbincang-bincang bersama teman-temannya.

Demikian juga dengan asrama di Pesantren Raudlatul Makfufin. Meskipun para santrinya adalah tunanetra, namun kegiatannya sama seperti seperti di pesantren non-disabilitas pada umumnya. Setiap jam tiga malam para santri sudah bangun untuk melaksanakan shalat sunnah dan beberapa anak lainnya menghafalkan al-Quran hingga menjelang waktu shubuh. Setelah selesai shalat shubuh berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan zikir. Setelah itu, hafalan ayat-ayat baru disetorkan dan disimak oleh para ustadz. Seolah tak mengenal lelah, mereka kembali ke asrama untuk bersiap-siap pergi kesekolah hingga siang sampai jam pelajaran selesai, dan kemudian beristirahat sejenak sampai waktu ashar tiba. Setelah itu kembali lagi mengikuti kegiatan sampai malam. Allah berfirman:

“Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaahaa 114)

 

***Windra

 

Tadabbur Surah Yasin Pengajian IKJAR Akhir Bulan

Alhamdulillah, pada tanggal 29 Agustus telah terlaksana pengajian Ahad pagi bagi para sahabat tunanetra muslim yang tergabung di dalam IKJAR (Ikatan Jamaah Raudlatul Makfufin) dengan tema ‘Tadabbur surah Yasin.’ Pengajian Ahad ini dilakukan secara virtual. Walaupun begitu, hal tersebut tidak mengurangi semangat para jamaah dalam mengikuti pengajian. Selama kajian berlangsung, jamaah terlihat sangat antusias bertanya pada saat dibuka sesi pertanyaan.

15 abad berlalu, Al-Qur’an tetap menjadi bahan bacaan yang relevan untuk dipelajari dan diperdalam makna kandungannya. Al-Quran adalah Wahyu yang Allah berikan untuk seluruh umat manusia, Ia bagaikan ladang buah yang segar dan menyehatkan jika kita mau berusaha mentadabburinya serta memetik manfaat yang terkandung di dalamnya. Memperdalam Al-Quran memerlukan perangkat ilmu yang memadai dan diharuskan belajar kepada orang yang ahli di bidangnya.

Mentadabburi – yang artinya memikirkan – ayat Al-Qur’an dapat dipadankan dengan perintah Iqro yang berarti ‘bacalah,’ meskipun perintah membaca ini tidak dijelaskan secara terperinci harus membaca apa. Sebagai makhluk yang diberikan akal, manusia dapat mempergunakannya untuk merenungi alam ciptaannya seperti gunung, laut, planet dan alam semesta raya.

Surah Yasin adalah salah satu surah yang sering dibaca oleh masyarakat Indonesia pada umumnya pada acara tasyakuran, malam jumat, dan nisfu sya’ban. Yasin adalah surah ke 36 yang berisi 83 ayat dan diturunkan di Kota Mekkah. Karena itu, surat ini disebut surat Makkiyyah. Apabila kita memperhatikan salah satu ayat dari surah Yasin, pastinya kita akan lebih berhati-hati dalam melangkah atau melakukan sesuatu karena segala perbuatan kita akan dicatat. Allah berfirman:

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yasin: 12)

Ayat diatas menceritakan bahwasanya di kemudian hari nanti, seluruh amal yang kita perbuat akan dicatat dan diperlihatkan tanpa terkecuali. Allah SWT juga memberitahu kepada umat manusia bahwasanya apa yang menjadi ciptaannya berjalan pada tempatnya masing-masing, tidak ada yang saling mendahului dan hal tersebut telah dikemukakan jauh sebelum sains ditemukan. Allah berfirman:

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin: 40)

Sesungguhnya jika kita mau mentadabburi Al-Qur’an secara perlahan, kita akan lebih bijak dan lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan kita di dunia yang sementara ini. Mempelajari Al-Qur’an tentu harus belajar dari orang yang telah mengerti tentang tafsir Al-Qur’an karena tidak semua orang mau berfikir mendalam akan suatu hal. Umumnya manusia cenderung mengedepankan kemauannya untuk kepentingan diri sendiri, padahal semua itu akan ada balasannya. Allah SWT menciptakan matahari dan rembulan tidak ada yang saling mendahului. Semua berjalan sesuai dengan ketetapannya.

 

**Windra

;