Berbuat kebaikan dengan niat ikhlas lillaahi ta’ala niscaya jadi tabungan untuk kita. Karena tidak ada satu pun perbuatan yang dilakukan, kecuali pasti kembali kepada pelakunya.
Beramal tidak harus menunggu waktu tertentu. Misalnya, menunggu menjadi kaya-raya, menunggu tercapai cita-cita, dan hal-hal lain yang belum tentu terjadi. Satu detik ke depan dalam hidup, tidak ada yang tahu tentang takdir seseorang kecuali Sang Pencipta, Allah SWT.
Bisa jadi kita berencana ini dan itu, tapi satu detik kemudian kita meninggal dunia. Maka dari itu, KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) mengajarkan untuk melakukan amal kebaikan dengan 3 M (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang terkecil, dan Mulai saat ini).
Betapa indah hidup yang diisi dengan kesenangan berbuat kebaikan, tanpa disusahkan dengan keinginan untuk dilihat atau diketahui orang lain. Mau dilihat atau tidak oleh orang lain, mau diketahui atau tidak, itu perkara kecil bagi kita. Perkara yang besar adalah Allah rida pada amal kita.
Berbuat kebaikan dengan niat ikhlas lillaahi ta’ala niscaya jadi tabungan untuk kita. Karena tidak ada satu pun perbuatan yang dilakukan, kecuali pasti kembali kepada pelakunya. Kita tidak pernah tahu besok atau lusa, takdir apa yang akan terjadi. Kita tidak tahu ada kesulitan seperti apa yang akan menimpa. Tapi jika kita senang melakukan kebaikan, itulah yang kembali kepada kita. Allah SWT berfirman, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (QS. al-Isra [17]: 7)
Tidak sulit untuk mendekat kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Mahadekat. Tidak sulit untuk disayang Allah, karena Allah Maha Penyayang. Tidak sulit juga untuk berkedudukan di sisi Allah, karena Allah memang menginginkan kita berkedudukan di sisi-Nya. Namun, semua itu menjadi sulit jika kita memang malas untuk berbuat kebaikan.
Beramal Menembus Batas Negara
Meskipun bendera Palestina sudah berkibar di kantor Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), kondisi Palestina justru semakin memanas akibat agresi zionis Israel. Mereka (Israel) tidak berhenti menumpahkan darah manusia yang tidak bersalah dan berdosa. Begitu banyak darah rakyat sipil yang tertumpah. Masjid al-Aqsa, kiblat salat pertama umat Islam pun tak luput dari incaran mereka.
Banyak aksi yang dilakukan kaum muslimin di seluruh dunia untuk menentang aksi agresi zionis Israel. Berbagai aksi unjuk rasa dilakukan sebagai apresisasi dan pernyataan sikap menentang penjajahan atas tanah Palestina. Salah satu negara yang begitu banyak mendukung aksi peduli Palestina adalah Indonesia. Sudah tidak terhitung berapa banyak materi dan doa yang dikirim ke sana.
Berbagai kecaman terhadap Israel juga ramai di media sosial. Bahkan tidak sedikit yang menggelar aksi kepedulian terhadap Palestina. Namun, ada juga yang tidak peduli dengan hal tersebut. Mereka menyatakan untuk apa bersikap sok pahlawan dengan membela Palestina, sementara di negeri sendiri juga banyak bencana. Banyak orang miskin yang perlu ditolong.
Komentar-komentar negatif itu menegaskan banyak muslim tidak menyadari kewajiban seorang muslim. Dalam Islam, persaudaraan sesama muslim atau yang sering disebut ukhuwah islamiyah itu sangat kuat. Jika persaudaraan karena nasab (keturunan) saja kita rela membela dan melindungi, apalagi ikatan saudara yang dikuatkan oleh Allah dalam al-Quran.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman idtak lain adalah saudara.” (QS. al-Hujurat [49]: 10). Ayat tersebut cukuplah menjadi dalil bagi siapa pun yang mengaku dirinya sebagai muslim, untuk menolong saudaranya tanpa memandang batas-batas wilayah negara.
“Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya.” (HR. Bukhari & Muslim). Hadis sahih ini juga mengingatkan bahwa muslim Palestina adalah saudara kita. Bukan saudara sepupu, keponakan atau sedarah, namun persaudaraan kita dengan mereka lebih dari itu. Akidah kitalah yang menyatukan.
Saudara kita di Palestina juga merasakan hal serupa. Mencintai muslim Indonesia karena-Nya. Ada bukti otentik yang tidak terbantahkan. Negara Palestina yang pertama kali bersama Mesir mengakui kedaulatan negara Indonesia. Ketika semua negara memicingkan mata terhadap negeri ini, mereka (negara Palestina dan Mesir) menyambut kita dengan hangat dan mengakui sebagai negara.
Tidak cukup hanya dengan mengakui, ternyata banyak konglomerat asal Palestina yang mengikhlaskan hartanya demi jihad melawan agresi Belanda. Seorang mufti dan hartawan Pelestina pernah menyumbangkan seluruh kekayaan untuk perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sebelum bangsa Palestina diduduki Israel, mereka adalah bangsa yang berdaulat. Mungkin tidak banyak yang tahu, ketika terjadi peristiwa Bandung Lautan Api dan serangan 10 November di Surabaya, muslimin Palestina tumpah-ruah ke jalan, sebagaimana kita saat ini mendukung mereka.
Melihat kita diinjak dan dibantai oleh Belanda, darah mereka bergolak dan ditumpahkan dengan aksi massa di jalan. Bahkan hingga kini, ketika mereka dalam kondisi serba sulit, mereka masih sempat mengirimkan bantuan untuk korban tsunami Aceh, gempa di Banjarnegara, hingga bencana kabut asap baru-baru ini. Masya Allah!