Amal Wakaf Mengalir Sepanjang Masa

Wakaf adalah syari’at Islam yang dipraktikan oleh Rasulullah, diikuti para sahabat dan umat Muslim sampai saat ini. Amalan wakaf tidak hanya bermanfaat bagi penerima saja, namun juga menjadi ladang sumur pahala bagi pemberinya sepanjang masa tanpa terputus. Terlebih, apabila manfaat wakaf dapat terus memberikan manfaat, maka pahalanya akan terus mengalir.

Ibadah wakaf adalah seumpama buah dengan rasa yang manis dimana biji dari buah dapat ditanam lagi di lahan yang berbeda untuk menumbuhkan pohon-pohon dan buah-buahnya yang baru. Siklus ini terus berputar tanpa terputus. Seperti itulah perumpamaan pahala orang-orang yang mengambalkan syari’at wakaf.

Seiring berkembangnya zaman, model-model wakaf juga turut berkembang. Diantaranya adalah wakaf al-Qur’an braille yang dapat memberikan manfaat di dunia tunanetra. Al-Quran braille secara khusus diperuntukkan bagi tunanetra Muslim. Al-Qur’an braille ditulis dengan titik-titik timbul dengan ukuran huruf yang tidak dapat diperkecil, ataupun diperbesar. Dalam pencetakannya, 1 juz al-Qur’an braille dijilid menjadi 1 volume/buku sehingga, dengan demikian, 1 al-Qur’an braille 30 juz terdiri dari 30 buku/volume al-Qur’an. Dengan volume produksi yang lebih besar, pencetakan 1 al-Qur’an braille membutuhkan durasi waktu yang lebih lama.

Penyimpanan al-Qur’an braille juga tidak boleh menumpuk. Hal ini akan menyebabkan titik-titik huruf yang menonjol menjadi hilang dan tidak teraba. Oleh karena itu, kertas yang dipakai untuk pencetakan al-Qur’an braille perlu cukup tebal. Apabila kertas yang dipakai terlampau tipis, saat dicetak kertas tersebut akan berlubang, atau daya tahan timbul dari titik-titik tersebut tidak akan bertahan lama. Tidak mengherankan apabila biaya pencetakan al-Qur’an bisa jauh berkali-kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan mushaf al-Qur’an yang biasa dipakai oleh orang-orang berpenglihatan.

Al-Qur’an adalah pentunjuk dari Allah yang menjadi obor penerang bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. Tanpa al-Qur’an, manusia akan kehilangan arah, dan hatinya menjadi kering dari nilai-nilai luhur ajaran Islam. Di Yayasan Raudlatul Makfufin, ada sebuah slogan yang masyhur di kalangan tunanetra: “Buta mata tapi tidak buta hati.” Meskipun mata tidak melihat, tapi mata hati tetap dapat melihat melalui cahaya al-Qur’an. Dasar ini yang mendorong Yayasan Raudlatul Makfufin untuk terus mengembangkan program wakaf al-Qur’an yang akan disebarkan ke seluruh penjuru Indonesia.

Rasulullah bersabda: “Ada 7 perkara yang pahalanya mengalir bagi seorang hamba di dalam kuburnya setelah kematiannya: Orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air sungai, membuat sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf al-Quran, anak yang memintakan ampunan untuknya setelah kematiannya.” (Shahih al-Jami’ 3602 dan Shahih at-Targhib 2600)

 

***Windra

 

Rutinitas Santri Pesantren Raudlatul Makfufin

Kegiatan santri di pesantren manapun tidak jauh berbeda. Bangun sebelum shalat Subuh menjadi rutinitas sehari-hari. Ibadah sepertiga malam dibiasakan kepada para santri yang masih usia sekolah, dan siangnya mereka mengikuti kegiatan di kelas. Ilmu agama dan dunia memang harus berjalan saling beriringan sesuai dengan tempatnya masing-masing. Islam sendiri tak melarang umatnya untuk mempelajari ilmu dunia, asalkan benar dan bermanfaat. Dengan mempelajari ilmu pengetahuan, manusia akan lebih mudah dalam melakukan segala sesuatu. Di samping itu, jika memperlajari ilmu agama, manusia akan diarahkan untuk mengenal yang baik dan buruk agar dapat berhati-hati dalam melangkah.

Kehidupan santri berbeda dengan kehidupan di rumah. Di asrama pesantren para santri disibukan oleh kegiatan-kegiatan dari sebelum subuh sampai malam tiba. Mereka istirahat hanya beberapa jam saja. Hal ini dilakukan untuk melatih kemandirian yang akan dipakai ketika kembali ditengah-tengah masyarakat kelak. Di dalam asrama pesantren, yang dipelajari tidak hanya ilmu semata melainkan kebersamaan, kesederhanaan dan mengenal teman-temannya yang berasal dari berbagai daerah. Membuka cakrawala keragaman khazanah yang luas didapatkan ketika santri berbincang-bincang bersama teman-temannya.

Demikian juga dengan asrama di Pesantren Raudlatul Makfufin. Meskipun para santrinya adalah tunanetra, namun kegiatannya sama seperti seperti di pesantren non-disabilitas pada umumnya. Setiap jam tiga malam para santri sudah bangun untuk melaksanakan shalat sunnah dan beberapa anak lainnya menghafalkan al-Quran hingga menjelang waktu shubuh. Setelah selesai shalat shubuh berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan zikir. Setelah itu, hafalan ayat-ayat baru disetorkan dan disimak oleh para ustadz. Seolah tak mengenal lelah, mereka kembali ke asrama untuk bersiap-siap pergi kesekolah hingga siang sampai jam pelajaran selesai, dan kemudian beristirahat sejenak sampai waktu ashar tiba. Setelah itu kembali lagi mengikuti kegiatan sampai malam. Allah berfirman:

“Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaahaa 114)

 

***Windra

 

Tadabbur Surah Yasin Pengajian IKJAR Akhir Bulan

Alhamdulillah, pada tanggal 29 Agustus telah terlaksana pengajian Ahad pagi bagi para sahabat tunanetra muslim yang tergabung di dalam IKJAR (Ikatan Jamaah Raudlatul Makfufin) dengan tema ‘Tadabbur surah Yasin.’ Pengajian Ahad ini dilakukan secara virtual. Walaupun begitu, hal tersebut tidak mengurangi semangat para jamaah dalam mengikuti pengajian. Selama kajian berlangsung, jamaah terlihat sangat antusias bertanya pada saat dibuka sesi pertanyaan.

15 abad berlalu, Al-Qur’an tetap menjadi bahan bacaan yang relevan untuk dipelajari dan diperdalam makna kandungannya. Al-Quran adalah Wahyu yang Allah berikan untuk seluruh umat manusia, Ia bagaikan ladang buah yang segar dan menyehatkan jika kita mau berusaha mentadabburinya serta memetik manfaat yang terkandung di dalamnya. Memperdalam Al-Quran memerlukan perangkat ilmu yang memadai dan diharuskan belajar kepada orang yang ahli di bidangnya.

Mentadabburi – yang artinya memikirkan – ayat Al-Qur’an dapat dipadankan dengan perintah Iqro yang berarti ‘bacalah,’ meskipun perintah membaca ini tidak dijelaskan secara terperinci harus membaca apa. Sebagai makhluk yang diberikan akal, manusia dapat mempergunakannya untuk merenungi alam ciptaannya seperti gunung, laut, planet dan alam semesta raya.

Surah Yasin adalah salah satu surah yang sering dibaca oleh masyarakat Indonesia pada umumnya pada acara tasyakuran, malam jumat, dan nisfu sya’ban. Yasin adalah surah ke 36 yang berisi 83 ayat dan diturunkan di Kota Mekkah. Karena itu, surat ini disebut surat Makkiyyah. Apabila kita memperhatikan salah satu ayat dari surah Yasin, pastinya kita akan lebih berhati-hati dalam melangkah atau melakukan sesuatu karena segala perbuatan kita akan dicatat. Allah berfirman:

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yasin: 12)

Ayat diatas menceritakan bahwasanya di kemudian hari nanti, seluruh amal yang kita perbuat akan dicatat dan diperlihatkan tanpa terkecuali. Allah SWT juga memberitahu kepada umat manusia bahwasanya apa yang menjadi ciptaannya berjalan pada tempatnya masing-masing, tidak ada yang saling mendahului dan hal tersebut telah dikemukakan jauh sebelum sains ditemukan. Allah berfirman:

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin: 40)

Sesungguhnya jika kita mau mentadabburi Al-Qur’an secara perlahan, kita akan lebih bijak dan lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan kita di dunia yang sementara ini. Mempelajari Al-Qur’an tentu harus belajar dari orang yang telah mengerti tentang tafsir Al-Qur’an karena tidak semua orang mau berfikir mendalam akan suatu hal. Umumnya manusia cenderung mengedepankan kemauannya untuk kepentingan diri sendiri, padahal semua itu akan ada balasannya. Allah SWT menciptakan matahari dan rembulan tidak ada yang saling mendahului. Semua berjalan sesuai dengan ketetapannya.

 

**Windra

Keterbatasan Tak Menjadi Penghalang Untuk Menghafalkan Al-Quran

Kitab suci Al-Quran merupakan kalam Allah SWT, yang dimana didalamnya berisikan cahaya ilmu penerang kehidupan dunia maupun akhirat. Allah menurunkan Al-Quran, untuk umat Islam tanpa terkecuali tak mengenal batasan usia ataupun kesempurnaan jasmani. Al-Quran bukan saja bahan bacaan atau pengetahuan semata, akan tetapi sebagai rambu-rambu di dunia, yang selanjutnya menuju alam keabadian dimana setiap kita pasti ketempat tersebut entah kapan waktunya. Dengan rambu-rambu tersebut jadi mengetahui jalan mana saja yang boleh dilewati atau tidak. Karena tak ada satupun yang dapat disembunyikan dari hadapan Allah SWT, meskipun tatkala di dunia kita mahir dalam menyulap kata-kata kepalsuaan. Sesuai dengan firman Allah:

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.

Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”.

Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Fushilat: 20-22)

Menghafal Al-Quran memang bukan perintah wajib bagi umat Muslim, namun ada rasa kesenangan tersendiri dikarenakan dapat membaca ayat-ayat Allah dengan lancar. Karena bagi orang membaca Al-Quran terbata-bata saja Allah tetap memberikan pahala dua kali, lalu apalagi yang telah lancar para Malaikat bersamanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mukmin yang mahir membaca Al-Quran, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al-Quran dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” HR Muslim No. 1329

Sedangkan dalam Islam tidak ada larangan bagi disabilitas tunanetra untuk belajar ilmu yang bermanfaat apalagi menghafal Al-Quran. Seperti halnya para santri Raudlatul Makfufin, yang dimana setiap harinya pagi dan sore bersemangat selalu stor hafalan kepada Ustadznya. Dalam satu minggu sekali mereka sekurang-kurangnya 18 ayat yang dihafalkannya. Belum lagi Murojaah dalam sehari kurang lebih 4 hingga 6 ayat, untuk menjaga hafalannya biar selalu melekat dalam ingatan. Dimana ada niat yang kuat maka gelapnya pandangan tak menjadi alasan untuk menghafalkan ayat-ayat Al-Quran semangat serta tekun sebagai teman terdekatnya.

 

***Windra ©

 

Pentingnya Menerapkan Protokol Kesehatan Saat Hari Raya Kurban 1442

Hari Raya Idul Adha merupakan satu kegiatan ibadah kepada Allah SWT yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan Dzulhijjah. Tahun ini, Idul Adha 1442 Hijriah bertepatan dengan hari Selasa 20 Juli 2021 Masehi. Seluruh umat Islam di Indonesia merayakannya meskipun masih dalam suasana pandemi. Karenanya, protokol kesehatan tidak boleh ditinggalkan seperti menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan. Sesungguhnya, menjaga kebersihan adalah bagian dari iman.

Pelaksanaan distribusi daging kurban, sebagaimana biasanya, tetap disalurkan kepada mereka yang berhak menerima. Di Yayasan Raudlatul Makfufin, pada hari Rabu 21 Juli 2021 kegiatan pemotongan hewan kurban dilaksanakan. Pukul 1 siang sampai jam 5 sore menjadi jadwal dimana panitia membagi-bagikan hewan kurban bagi karyawan Yayasan, masyarakat sekitar, serta para sahabat-sahabat disabilitas netra dengan jumlah total keseluruhan sebanyak 150 lebih penerima. Semua paket ini diterima oleh pihak Yayasan dari 5 ekor Kambing dan 2 ekor Sapi yang diberikan oleh para donator pengkurban.

Syukurnya, dalam pembagian tersebut tidak ada kerumunan. Di samping itu, seluruh panitia, petugas maupun yang mengambil daging kurban tetap mematuhi protokol kesehatan. Menurut penuturan Bapak Agus Hermanto, yang akrab dipanggil Bang Agus sebagai ketua panitia pelaksanaan kurban 1442 Hijriah, 21 Juli 2021 di Yayasan Raudlatul Makfufin, beliau menyampaikan ketika dihubungi via telpon: “Alhamdulillah pelaksanaan kurban dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana dan semuanya telah mengenakan masker, mencuci tangan di tempat yang disediakan.”

Dalam penuturannya, beliau juga menambahkan bahwa setiap sahabat tunanetra yang berhalangan datang dapat mengambil daging dengan menggunakan jasa kurir online sebagai salah satu strategi untuk mengurangi kerumunan. Jadi, jamaah yang menerima daging kurban menghubungi pihak humas panitia untuk mengkonfirmasi agar tidak salah memberikan. Tetapi, untuk ongkos kirimnya ditanggung oleh penerima daging kurban agar sampai ditempatnya masing-masing. Dengan cara seperti itu, daging kurban dapat tersalurkan sesuai harapan.

Yayasan Raudlatul Makfufin, karenanya, mengucapkan terima kasih banyak kepada donatur dan semuanya yang namanya tak dapat disebut satu per satu. Alhamdulillah, acara dapat berjalan dengan lancar. Mereka yang hadir juga telah mengikuti arahan panitia agar tidak berkerumun dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Semoga kita semua dalam keadaan sehat wal’afiat dan dapat berjumpa kembali di Idul Adha tahun depan.

 

Semangat Mengaji Dalam Masa Pandemi

Masa pandemi bukan berarti harus berhenti dalam mencari ilmu apalagi pengajian. Dimana ada niat dan mau berusaha disitu akan terbentang jalan. Apalagi saat ini adalah eranya teknologi. Hal tersebut dapat diketahui dari antusias para sahabat-sahabat Tunanetra, yang bergabung dalam IKJAR (Ikatan Jama’ah Raudlatul Makfufin). Melalui media Google Meet mereka mengikuti kegiatan dzikir pagi, tajwid dan dilanjutkan kelas al-Quran sesuai dengan tingkatannya. Yang demikian itu adalah pelita semangat para jamaah, yang sebelum jam 08:45, mengawali pembuka pengajian dengan dzikir pagi, telah siap dengan telepon genggamnya masing-masing.

Sebelumnya, telah dilakukan pengajian offline pada tanggal 30 Mei, 6, 13, dan 20 Juni 2021. Para pengurus IKJAR mengadakan pengajian tatap muka dan menjaga bagaimana adab seorang murid kepada gurunya: tidak pergi kemana-mana atau melakukan sesuatu ketika kegiatan sedang berlangsung. Tetapi karena situasi yang tidak memungkinkan, kegiatan kembali diadakan secara online seperti tahun lalu. Namun, jika keadaan berangsur membaik, kegiatan pengajian akan dilaksanakan tatap muka seperti biasanya.

Setiap Muslim mempunyai kewajiban mencari ilmu. Bukankah Allah SWT tidak akan merubah nasib hambanya apabila, yang bersangkutan tak mau berusaha untuk lebih baik lagi? Ilmu merupakan cahaya penerang langkah kehidupan bagi yang memilikinya. Dengan cahaya ilmu, seseorang akan mudah mencapai cita-cita dan impiannya. Demikian juga untuk memasuki surganya Allah SWT. Sebagai contoh, dalam menggapai surga, ilmu mengenai tata cara shalat, membaca al-Quran, dan sebagainya perlu dipelajari. Sabda Rasulullah menyatakan “siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah SWT akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” Semangat mencari ilmu itu tampak dari pengajian yang dilaksanakan setiap hari Ahad pagi secara virtual, dan diikuti dari jama’ah yang datang dari DKI dan sekitarnya.

Pengajian IKJAR ada sejak 26 November 1983, yang pada mulanya diinisiasi oleh Bapak Raden Halim Shaleh. Oleh karenanya, mari kita kobarkan semangat mempelajari ilmu-ilmu Allah SWT khususnya al-Quran baik secara online, ataupun melalui tatap muka secara langsung bersama para guru, dan teman-teman.

Doa Saat Galau

Semua musibah yang menimpa manusia, baik karena kesalahan kita pribadi atau sebagai bentuk ujian yang Allah berikan kepada kita karena ingin mengangkat derajat kita, terkadang membuat hati kita pilu dan sedih dalam menghadapinnya.

Tak jarang seseorang apabila tertimpa musibah, tertimpa masalah mereka lari ke hal hal yang bahkan Allah benci dan Allah Larang, contohnnya minum minuman khomer, judi, dll.

Tapi taukah kamu, ternyata ada doa yang dajarkan oleh Rasulullah apabila hati kita sedang merasa sedih atau galau terhadap problematika dunia yang kita jalani.

Diantara doa doa yang bisa kita panjatkan ketika hati kita galau adalah :

Doa ketika Hati Merasa Galau

1. Doa Dengan Memuji Allah

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika ditimpa kesulitan, ia berdoa :

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَظِيمُ الحَليمُ ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمِ ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ، وَرَبُّ الأَرْضِ، وَرَبُّ العَرْشِ الكَرِيمِ

Artinya: Tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah yang Maha Agung dan Maha Santun. Tiada ilah(sesembahan) yang berhak disembah selain Allah, Rabb yang menguasai ‘arsy, yang Maha Agung. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Doa Memohon Keteguhan Hati

Apabila kita dihadapkan dengan suatu masalah yang mungkin kita merasa bahwa masalah itu begitu berat untuk dilewati, percayalah kita memiliki Allah yang maha besar kita memiliki Allah yang mendengar segala doa doa hambannya.

Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambannya, apabila kita merasa berat dalam menjalaninnya, maka berdoalah :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu. (HR. Tirmidzi no. 352)

Nabi shalallalahu alaihi wa sallam sering sekali berdoa sebagaimana diatas, ketika ditanya oleh istrinnya Ummu Salamah perihal doa diatas maka nabipun menjawab :

“Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya hati manusia selalu berada diantara jari jemari Allah, maka dari itu mintalah selalu keteguhan hati ini diatas agama Allah”

Karena seberat apapun masalah kita, kalau iman kita menjadi dasar, kalau keyakinan kita kepada Allah sebagai pembimbing dari hidup kita, maka sebesar apapun masalah itu bukanlah apa apa.

Kita percaya bahwa cobaan yang diberikan Allah kepada orang yang beriman adalah surat cinta dari Allah, agar hambannya semakin mendekat dan banyak meminta kepadaNya.

 

Darul Tauhid Peduli Tunanetra Melalui Al Quran Digital

press_release_head

 BERITA PERS

DARUL TAUHID PEDULI TUNANETRA MELALUI AL QURAN DIGITAL

 

Tangerang Selatan, 09 Januari 2019 – Para santri tunanetra di Pesantren Tunanetra Raudlatul Makfufin mendapat dukungan media belajar untuk menghafal AL Quran dari Pondok Pesantren Darul Tauhid melalui program DT Peduli cabang Jakarta.

Ustadz Rohman Selaku wakil kepala pesantren mengatakan, “Al Quran Digital tersebut akan sangat bermanfaat untuk para santri. Melalui Al Quran Digital yang berbasis audio, mengulang dan mengkoreksi hafalan mereka menjadi salah satu cara untuk menjaga hafalan secara baik”.

Pesantren Tunanetra Raudlatul Makfufin di tahun 2019 menargetkan para santrinya untuk mampu menghafal Al Quran empat juz dalam setahun. Sebelumnya Pesantren Tunanetra Raudlatul Makfufin hanya menargetkan dua juz dalam setahun karena masih banyaknya santri tunanetra yang belum lancar membaca AL Quran Braille, sehingga mereka harus intensif mendapatkan pembinaan untuk menyelesaikan pembelajaran di kelas dasar yang disebut juga kelas iqro.

Kelas Iqro di pesantren ini mempelajari berbagai pengetahuan dasar dalam mengenal huruf hijaiyyah dan harokat di Al Quran, namun Iqro yang digunakan tidak sama dengan Iqro yang digunakan para santri di tempat lain. Tim pengajar Al Quran Braille di pesantren ini menyusun sebuah buku panduan dasar untuk mempelajari dasar-dasar pengenalan huruf hijaiyyah dan harokat dalam bentuk braille yang diberi nama Pandai Membaca Al Quran Braille.

Selain fokus dalam menghafal AL Quran, para santri juga mendapatkan pembinaan yang cukup intensif dalam membaca dan memahami berbagai kitab kuning yang umum dipelajari di berbagai pesantren. Kitab kuning tersebut dipelajari di dalam beberapa kelas kitab seperti Aqidah, Akhlakserta  Fiqih.

Ketika kelas kitab kuning berlangsung, para santri mendapatkan kitab kuning dalam cetakan huruf braille, sehingga tidak hanya mendengarkan para ustadz menyampaikan pelajaran, santri juga dapat ikut membaca materi yang sedang disampaikan secara langsung.

“Alhamdulillah di sini juga ada percetakan braille yang mencetakan kitab-kitab kuning dalam huruf braille, sehingga Insya Allah santri akan lebih mudah memahami kitab kuning yang dipelajarinya” lanjut Ustadz Rohman.

Semoga dengan didukung berbagai kemudahan media belajar seperti Al Quran Digital dan kitab kuning dalam cetakan huruf braille, para santri di Pesantren Tunanetra Raudlatul Makfufin semakin mudah memahami pengetahuan Islam dan mempraktekannya di dalam masyarakat.

Tentang Pesantren Tunanetra Raudlatul Makfufin

adalah lembaga pendidikan Islam untuk tunanetra dengan fokus pembelajaran yaitu menghafal AL Quran serta meningkatkan pengetahuan Islamnya dengan mempelajari kitab-kitab kuning dalam cetakan huruf braille.

Pesantren Tunanetra Raudlatul Makfufin adalah salah satu lembaga pendidikan untuk tunanetra yang berada di bawah naungan Yayasan Raudlatul Makfufin. YARFIN sendiri telah berdiri sejak 26 November 1983 yang awal pendiriannya fokus pada kegiatan Majelis Ta’lim Tunanetra, namun saat ini YARFIN telah memiliki beberapa pusat kegiatan seperti Percetakan Al Quran dan Buku Islam Braille, Pesantren Tunanetra YARFIN, Majelis Ta’lim Tunanetra  YARFIN serta Sekolah Khusus Islam Terpadu YARFIN.

Press contact:

 www.makfufin.id

www.instagram.com/makfufin

www.instagram.com/pesantrentunanetra

www.instagram.com/alquranbraille

021 74635929

08118300072

press_release_foot

Ujian Smester Ganjil – SKh-IT

press_release_head

 BERITA PERS

PARA SISWA TUNANETA MENGIKUTI UJIAN SMESTER GANJIL

 

Tangerang Selatan, 05 Desember 2018 – Sekolah Khusus Islam Terpadu Yayasan Raudlatul Makfufin (SKh-IT YARFIN) kembali menyelenggarakan ujian sekolah untuk para siswanya di smester ganjil 2018. Dalam kegiatan ujian smester ganjil tersebut, para siswa dengan keterbatasan penglihatan dari 6 kelas mendapatkan berbagai perlengkapan ujian yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

 Ade Ismail, S. Pd. Selaku kepala sekolah mengatakan, “Ujian smester ganjil ini menjadi bagian dari salah satu evaluasi belajar terhadap siswa tunanetra di sekolah kami”. 

 SKh-IT YARFIN di tahun 2018 mampu menyelenggarakan ujian smester ganjil untuk 18 siswa tunanetra dari 6 kelas yang ada. Di tahun sebelumnya SKh-IT YARFIN telah menyelenggarakan ujian smester untuk 12 siswa tunanetra.

 Kini SKh-IT YARFIN memiliki 6 kelas sesuai dengan tingkatannya masing-masing: kelas VI (2 siswa), kelas VII (5 siswa), kelas VIII (2 siswa), kelas IX (5 siswa), kelas X (2 siswa),  kelas XI (2 siswa).

 Seluruh siswa masing-masing mendapatkan alat tulis braille yang disebut Riglet  dan Stilus . Dua benda tersebut dapat dikatakan sebagai alat tulis untuk tunanetra yang dapat disamakan dengan bulpoin atau sejenisnya bagi siswa yang bukan tunanetra. Sedangkan media tempat mereka menulis yaitu SKh-IT YARFIN menyiapkan satu rim kertas Continous Form dengan ketebalan 160 gram. Ketebalan kertas itu menjadi penting agar tulisan braille yang dibuat oleh para siswa dapat bertahan lama dan mudah diakses dengan rabaan jemari.

 “Kami berharap para siswa mendapat akses yang mudah dalam mengerjakan soal ujian smester ganjil ini, sehingga melalui ujian ini siswa membuktikan bahwa penyandang tunanetra dapat berkompetisi” lanjut Ade Ismail.

 Selanjutnya, hasil ujian dapat dilihat dalam buku raport mereka masing-masing pada Kamis 20 Desember 2018 sebelum mereka menikmati libur panjang sejak 21 Desember 2108 hingga 06 Januari 2018.

  

Tentang Sekolah Khusus Islam Terpadu Yayasan Raudlatul Makfufin (SKh-IT YARFIN)

 adalah salah satu lembaga pendidikan formal untuk tunanetra dengan keunggulan yang dimiliki yaitu tetap memasukan bobot pengetahuan Islam dengan memfokuskan pada kemampuan membaca dan menghafal AL Quran.

 SKh-IT YARFIN adalah salah satu lembaga pendidikan untuk tunanetra yang berada di bawah naungan Yayasan Raudlatul Makfufin. YARFIN sendiri telah berdiri sejak 26 November 1983 yang awal pendiriannya fokus pada kegiatan Majelis Ta’lim Tunanetra, namun saat ini YARFIN telah memiliki beberapa pusat kegiatan seperti Percetakan Al Quran dan Buku Islam Braille, Pesantren Tunanetra YARFIN, Majelis Ta’lim Tunanetra  YARFIN serta Sekolah Khusus Islam Terpadu YARFIN.

 

Press contact:

 www.makfufin.id

www.instagram.com/makfufin

www.instagram.com/pesantrentunanetra

www.instagram.com/alquranbraille

021 74635929

08118300072 

press_release_foot
[siteorigin_widget class=”SiteOrigin_Widget_Image_Widget”][/siteorigin_widget]
[siteorigin_widget class=”SiteOrigin_Widget_Image_Widget”][/siteorigin_widget]
[siteorigin_widget class=”SiteOrigin_Widget_Image_Widget”][/siteorigin_widget]
[siteorigin_widget class=”SiteOrigin_Widget_Image_Widget”][/siteorigin_widget]

Martabak Manis Karya Tunanetra

Tangerang Selatan, Yarfin, Alhamdulillah kegiatan Pelatihan usaha “Membuat
Martabak Manis” untuk tunanetra telah terlaksana pada Ahad, 29 Oktober 2017.

Acara diikuti oleh hampir 40 orang tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin, dimana
teman–teman tunanetra yang hadir berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi.

Acara dimulai pukul 11.00 dan dipandu oleh Kak Hulam, salah satu teman pengurus yang
pernah berpartisipasi sebagai volunteer dalam beberapa acara Yarfin. Ternyata ia memiliki
usaha yang bergerak dalam bidang kuliner, sehingga pandai membuat berbagai macam kue.
Ini kali pertama Kak Hulam dan beberapa patnernya yang bernama Kak Siti dan Kak Aisah
mengajar 40 orang tunanetra.

Banyak hal yang menantang dan agak sedikit rusuh terjadi saat kegiatan praktek dimulai,,
tapi tidak mengurangi semangat mereka untuk belajar membuat Martabak Manis.

Hehehe, mengajar teman–teman tunanetra memasak itu adalah hal yang …. kalau kata
Syahrini ”sesuatu” apalagi dalam jumlah banyak, karena teman–teman tunanetra harus
bersentuhan langsung dengan alat dan bahan, apalagi bagi yang belum pernah memasak sama
sekali.

Ada adik Alya yang tanya “Mixer itu kaya apa sih bu?”. ada kelompok yang kelewat kreatif
jadi langsung baca resep langsung praktek dan ternyata salah hahaha. Ada yang penasaran
sama cetakan martabak mini. Dan semua cerita unik lainnya.

Terima kasih tak terhingga kepada keluarga Mamanata Bakery yang mau dengan sabar
mendampingi seluruh proses belajar teman–teman tunanetra di Yayasan Raudlatul Makfufin.
Terima kasih tak terhingga pula kepada seluruh donatur yang mau ikut mendanai acara
pelatihan ini sehingga dapat terselenggara dengan baik.

Terima kasih kepada seluruh pihak seperti relawan, fotografer dan semua seksi sibuk yang
sangat membantu.

Sekali lagi terima kasih kepada semua pihak, Tanpa support dan doa semuanya acara ini tidak
akan dapat terlaksana. Semoga Allah memberkahi usaha kita semua. Dan semoga
teman–teman tunanetra yang mengikuti pelatihan dapat ilmu yang bermanfaat untuk
kelangsungan masa depannya.

 

;