Yayasan Raudlatul Makfufin

Definisi Hadits Hasan Untuk Pedoman Umat Islam

Hadits memang menjadi dalil kedua yang bisa dijadikan sebagai dasar atau pedoman hidup umat manusia setelah dalil Al-quran. Adapun jenis hadits yang biasa dijadikan sebagai hujjah atau pedoman ada banyak sekali jenisnya. Setiap jenis hadits memiliki penjelasannya sehingga tidak sembarang hadits bisa dijadikan sebagai pegangan dalam menentukan hukum Islam. Salah satu jenis hadits adalah hadits hasan.

Tahukah anda apa yang dimaksud dengan hadits hasan? Mengenal jenis hadits menjadi hal yang penting untuk dipelajari. Hal ini karena semakin anda tahu perbedaan jenis hadits yang ada maka anda pun akan semakin mudah dalam memilah dan memilih mana hadits yang baik dan mana yang tidak untuk dijadikan sebagai pedoman beramal setelah pedoman kitab Al-quran.

Hadits Hasan Dan Penjelasannya

Jenis hadits yang umumnya bisa menjadi pegangan untuk dijadikan pedoman adalah hadiits shahih. Namun ternyata ada yang namanya hadits hasan. Hadits ini memang tidak lemah adanya. Bahkan tak jarang hadits tersebut bisa dijadikan sebagai hujjah. Hanya saja dalam hal ini hadits jenis Hassan memiliki sedikit kekurangan dalam persyaratannya menjadi hadits shahih. Adapun ciri hadits jenis hasan adalah:

  1. Memiliki tingkat dhabth satu tingkat di bawah hadits shahih. Artinya masih ada dhabth dalam hadits jenis ini. Hanya saja kadarnya tidak banyak sehingga masih bisa menjadi hadits pegangan atau pedoman.
  2. Adanya sebutan perawi seperti shaduq yang artinya jujur, la ba’sa bih yang artinya tidak apa-apa, dan siqah yukhti’ yang artinya adalah perawi tersebut terpercaya namun masih memiliki banyak kesalahan dengan tingkat yang wajar sebagai perawi.
  3. Dilihat secara sanad sudah memenuhi kriteria atau dengan kata lain sanadnya sudah bersambung dan sampai pada Rasulullah SAW.

Tingkat hadits hasan sebagai pedoman yang bisa menjadi pegangan memang tidak sebaik hadits shahih. Namun adanya kebenaran isi di dalam hadits dan sanad yang sampai kepada Rasul tentu hadits ini sudah bisa dikatakan benar adanya dan bisa dijadikan hujjah dalam hidup. Namun kualitas kepercayaannya memang tidak sebaik hadits shahih. Sehingga anda harus tetap berhati-hati terhadap kebenarannya.

 

;