Marah merupakan salah satu emosi yang pasti dirasakan dan dimiliki oleh manusia. Sehingga sangat wajar, jika seseorang merasakan amarah di dalam hatinya. Padahal amarah merupakan senjata setan dalam membinasakan manusia. Saat dalam keadaan marah, setan akan lebih mudah jika ingin mengendalikan manusia. Sehingga lebih baik mengetahui doa emosi agar terhindar dari rayuan setan.
Doa Emosi
Saat manusia sedang dikuasai oleh emosi atau kemarahan, maka akan mudah mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. Bahkan bisa juga merusak hal-hal yang ada di sekitarnya atau melukai orang yang berada di dekatnya. Jika hal tersebut sampai terjadi, maka dapat dipastikan jika misi setan telah berhasil.
Sehingga islam sangat menekankan kepada umat manusia untuk sangat berhati-hati ketika emosi. Bahkan ada sabda rasulullah yang mengatakan bahwa, orang yang bisa menahan amarah maka akan mendapatkan jaminan surga untuknya.
Begitu besar jaminan yang dijanjikan oleh Allah SWT, agar nantinya manusia tidak sampai terjerumus edalam dosa yang lebih besar karena emosi. Bahkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengendalikan emosi, salah satunya dengan membaca doa emosi seperti berikut ini.
Allaahummaghfirlii dzanbii, wa adzhib ghaizha qalbii, wa ajirnii minas syaithaani.
Artinya:
” Tuhanku, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh setan.”
Tata Cara Meredam Emosi
Jika anda sedang dilanda amarah, maka segeralah memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan dengan membaca ta’awudz. Hal tersebut karena, sumber marah berasal setan sehingga godaan nya dapat diredam dengan memohon perlindungan kepada Allah.
Saat orang marah, maka cenderung ingin berbicara tanpa aturan bahkan cenderung ke hal yang negatif. Sehingga bisa jadi berbicara sesuatu yang mengundang murka Allah, maka diam merupakan cara untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihatkan ketika kita merasa marah maka sebaiknya segera mengambil posisi lebih rendah. Ketika marah dalam posisi berdiri, maka hendaknya dia duduk karena dengan itu marahnya bisa hilang. Namun setelah duduk belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.
Hal tersebut karena orang yang berdiri, lebih mudah bergerak dan memukul. Orang yang duduk, lebih sulit bergerak dan memukul, sedangkan orang tidur, tidak mungkin akan memukul. Perintah rasulullah untuk duduk agar, orang yang sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak segera melampiaskan marahnya.