Yayasan Raudlatul Makfufin

Menjadi Penguasa Diri

Hikmah terpenting yang bisa kita ambil adalah pentingnya pengendalian diri dalam berbagai situasi dan kondisi. Sebab, sangat mudah bagi Allah memuliakan dan menghinakan hamba-Nya.

Adalah sebuah kerugian bagi mereka yang diberikan jabatan atau kekuasaan tanpa bisa menguasai diri. Jabatan yang disandang, bukannya menambah kehormatan dirinya, malah menjadi penyebab kehinaan. Begitu pun dengan kekuasaan yang dimiliki, akan berbuah bencana bagi dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, sebuah keniscayaan bagi kita agar dapat menjadi penguasa atas diri. Menjadi penguasa yang bisa mengendalikan diri dari segala perilaku yang tidak sesuai dengan kehendak sang penguasa alam raya ini, yaitu Allah SWT.

Jabatan dan kekuasaan seseorang bukanlah ukuran bahwa orang itu terhormat. Kedudukan tidak identik dengan kemuliaan. Allah memuliakan dan menghinakan siapapun yang dikehendaki-Nya. Jabatan dan kekuasaan tidak ada artinya jika disalahgunakan. Pejabat yang menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, pada akhirnya akan menuai kehinaan. Bahkan kehinaan tersebut bisa menjadi aib bagi keluarga atau masyarakat disekitarnya.

Hikmah terpenting yang bisa kita ambil adalah pentingnya pengendalian diri dalam berbagai situasi dan kondisi. Sebab, sangat mudah bagi Allah memuliakan dan menghinakan hamba-Nya. Sebagaimana difirmankan-Nya, “Katakanlah, wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran [3]: 26)

Sesungguhnya kekuasaan ada dalam genggaman Allah SWT. Siapapun yang ingin berhasil menjadi penguasa maka haruslah terlebih dahulu menguasai dirinya sendiri. Jika tidak bisa menguasai dirinya, maka kekuasaan, jabatan dan kedudukannya itu akan membuatnya terhina, dunia maupun akhirat.

Saudaraku, senantiasalah berupaya mengendalikan penglihatan, pendengaran dan pembicaraan. Juga tidak kalah pentingnya adalah mengendalikan hati. Karena hatilah yang mengendalikan mata, telinga dan mulut. Dengan mengendalikan hati, kita bisa menilai sesuatu dengan jernih, bisa mengendalikan organ tubuh sesuai dengan syariat-Nya. Dengan hati yang terkendali, kita juga bisa mengendalikan gejolak asmara (cinta) yang terkadang membuat kita buta terhadap kebenaran.

Jadilah penguasa atas diri sendiri, karena menjadi penguasa diri adalah cermin Mukmin sejati. Wallahu a’lam bishawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

;