Apabila kita amati, saat ini begitu banyak kita temukan tindak kemaksiatan yang terjadi. Hampir setiap hari bisa kita saksikan, baik itu secara langsung maupun melalui media. Jika dahulu, orang masih sembunyi-sembunyi dalam melakukan maksiat, maka sekarang, orang-orang sepertinya sudah mulai terang-terangan dalam melakukannya.
Apakah mereka, para pelaku kemaksiatan, tidak tahu bahwa maksiat itu merupakan penutup pintu keberkahan rezeki? Apakah mereka tidak tahu bahwa kemaksiatan itu bisa menghilangkan nikmat ketenangan lahir dan batin? Apakah mereka tidak menyadari bahwa kemaksiatan akan merusak hati-hati mereka? Apakah mereka tidak tahu bahwa kemaksiatan itu akan menyebabkan turunnya bencana? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa dosa dan maksiat bisa menggetarkan bumi dan menjadikan langit gelap?
Perlu diketahui bersama, bahwa dosa dan maksiat itu sungguh sangat berbahaya bagi kehidupan dunia dan akhirat seseorang. Dosa dan maksiat juga akan merusak hati seperti halnya racun yang merusak tubuh. Sebagian ulama mengatakan, “Apakah ada keburukan dan penyakit (musibah) yang menimpa seseorang di dunia dan di akhirat yang tidak disebabkan oleh dosa dan maksiat?” Mari kita pikirkan bersama…
Apa yang menyebabkan Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga yang penuh kenikmatan ke dunia yang penuh cobaan dan kesedihan?
Apa yang menyebabkan iblis dikeluarkan dari kerajaan langit, diusir, dan dilaknat hingga hari kiamat, serta dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala untuk selama-lamanya?
Apa yang menyebabkan kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam ditenggelamkan dengan air yang mengepungnya hingga ke puncak gunung?
Apa yang menyebabkan kaum ‘Aad dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang selama berhari-hari, hingga akhirnya mereka mati bergelimpangan seakan-akan mereka batang pohon kurma yang telah lapuk?
Apa yang menyebabkan dikirimnya petir yang sangat keras kepada kaum Tsamud sehingga mereka binasa dengannya?
Apa yang menyebabkan diturunkannya hujan batu dan dijungkirbalikkannya kota kaum Nabi Luth ‘alaihis salam hingga membinasakan penduduknya dan meluluhlantakkan seluruh isinya?
Apa yang menyebabkan dikirimnya awan panas yang akhirnya membinasakan kaum Nabi Syu’aib ‘alaihis salam?
Apa yang menyebabkan ditenggelamkannya Fir’aun dan kaumnya ke dasar lautan dan dilemparkannya ruh-ruh mereka ke neraka Jahannam?
Apa yang menyebabkan Qarun ditenggelamkan ke dalam tanah beserta harta kekayaannya?
Dan apa sekiranya yang menyebabkan turunnya musibah dan bencana kepada umat setelah mereka?
Ya, penyebab itu semua tidak lain tidak bukan adalah karena dosa dan kemaksiatan yang mereka lakukan. Begitu dahsyat pengaruh dosa dan kemaksiatan terhadap diri seseorang maupun kepada suatu kaum.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS Asy-Syura [42]: 30)
Dari contoh-contoh di atas, kita bisa mengetahui betapa dahsyatnya pengaruh dosa dan maksiat terhadap pribadi maupun suatu kaum. Dosa dan maksiat juga mempunyai pengaruh yang buruk terhadap rezeki seseorang. Telah kita ketahui bersama, bahwa seseorang yang bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, niscaya akan dimudahkan segala urusannya dan dimudahkan pula rezekinya. Dan sebaliknya, seseorang yang gemar melakukan dosa dan maksiat, maka Allah akan sempitkan pintu rezekinya.
Mungkin sebagian kita akan bertanya, “Kenapa ada di antara orang-orang kafir, orang-orang fasiq, dan orang-orang yang gemar melakukan maksiat, yang memiliki harta yang banyak dan rezeki yang luas?” Maka jawabannya adalah, hal itu merupakan suatu bentuk istidraj, yaitu adzab dan hukuman yang tidak diberikan secara langsung. Allah Ta’ala menutup pintu hidayah dan sengaja menunda hukuman bagi mereka agar kelak di hari kiamat mereka benar-benar merasakan pedihnya adzab dariNya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ
“Jika kamu menyaksikan ada seseorang yang Allah berikan padanya (kelapangan dalam masalah) dunia padahal ia gemar melakukan maksiat, maka ketahuilah bahwa hal itu merupakan istidraj.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan Surat Al-An’am (6), ayat ke-44:
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”” (HR Ahmad [4/145], dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam Ash-Shahihah no. 413)
Itulah beberapa contoh dari pengaruh dosa dan kemaksiatan, dan hendaknya dengan melihat dan memahami hal ini kita bisa semakin hati-hati dalam berbuat dan bertindak. Dan semoga semakin kuat pula tekad kita untuk meninggalkan dosa dan maksiat yang mungkin selama ini masih kita lakukan. Mari kita manfaatkan sisa umur yang ada untuk bersimpuh di hadapanNya, menangisi dosa dan kesalahan kita, serta meminta ampunan kepada Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sebesar apa pun dosa-dosa kita, insya Allah akan mendapat ampunan dari Allah selama kita tidak melakukan kesyirikan kepadaNya dan selama kita bertaubat kepadaNya dengan taubat nashuha. Di dalam hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu apa pun, maka sungguh Aku akan mendatangiMu dengan ampunan sebesar itu pula.”” (HR At-Tirmidzi)
Dan sebagai penutup, penulis bawakan firman Allah Ta’ala yang semoga bisa membuat kita selalu berhati-hati terhadap adzab Allah yang bisa kapan saja datang. Allah Ta’ala berfirman:
أَوَ أَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ، أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’raf [7]: 98-99)