Perbedaan syariah dan fiqih memang memiliki singgungan secara makna dan persepsi. Sehingga tidak akan bisa dipisahkan antara syariah dan fiqih ini. Kedua-dua nya memiliki kesamaan persepsi, yakni penggunaan tuntunan ajaran secara agama islam dalam berkehidupan baik secara personal, sosial, budaya dan hukum. Namun yang membedakan dari syariah dan fiqih ini, terletak pada prakteknya.
Jika syariah ini lebih ke metode dan bisa pula dibilang penguatan akidah akan seluruh aktifitas seorang manusia. Sedangkan fiqih, ialah tahapan dan proses dalam pelaksanaan pemenuhan akidah ini tadi. Sehingga fiqih ini akan memiliki banyak penjabaran dibanding dengan syariah. Jika syariah ini dipakai, maka akan ada banyak praktek dan proses yang harus dilakukan oleh seorang muslim dengan alur fiqihnya.
Perbedaan Syariah Dan Fiqih Secara Umum
1. Ruang Lingkup Syariah
Perbedaan syariah dan fiqih ini berada pada ruang lingkup nya yang sangat membedakan. Syariah secara umum sangatlah luas cakupannya, karena dimaknai sebagai perwujudan akidah dan rasa yakin yang tertanam pada hati setiap muslim. Adapun akidah ini meliputi muamalah, bersosial, dan berperilaku baik.
Sedangkan secara fiqih lebih kepada teknis dalam menjalani aktifitas, dalam mencapai akidah yang sempurna. Oleh karena itu, antara syariah dan fiqih ini saling menyempurnakan akan agama islam dalam menjalani segala aktifitas yang dilakukan. Aktifitas seperti beribadah dengan aturan gerakan dan lain sebagainya yang berkaitan tentang teknis nya.
2. Syariah Bersifat Universal
Adapun sifat syariah ini yang universal, memaknai jika kebesaran hati akidah ini haruslah selalu ditanamkan pada diri seorang muslim. Ketika pada diri seorang muslim telah memahami sepenuhnya tentang aktifitas ibadah yang harus dilakukan, namun tidak memaknai sebagai sebuah keyakinan yang sebenar-benarnya.
Maka tidak akan bisa mencapai keimanan yang sejati. Oleh karena itu, bagi seorang muslim syariah dan fiqih ini sangat erat kaitannya karena sama-sama memberikan dampak positif bagi keimanan dan keyakinan, akan tuhan yang maha esa. Ketika salah satu tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan kekeliruan dalam memaknai dan dalam proses menjalankannya.