Yayasan Raudlatul Makfufin

Tadabbur Surah Yasin Pengajian IKJAR Akhir Bulan

Alhamdulillah, pada tanggal 29 Agustus telah terlaksana pengajian Ahad pagi bagi para sahabat tunanetra muslim yang tergabung di dalam IKJAR (Ikatan Jamaah Raudlatul Makfufin) dengan tema ‘Tadabbur surah Yasin.’ Pengajian Ahad ini dilakukan secara virtual. Walaupun begitu, hal tersebut tidak mengurangi semangat para jamaah dalam mengikuti pengajian. Selama kajian berlangsung, jamaah terlihat sangat antusias bertanya pada saat dibuka sesi pertanyaan.

15 abad berlalu, Al-Qur’an tetap menjadi bahan bacaan yang relevan untuk dipelajari dan diperdalam makna kandungannya. Al-Quran adalah Wahyu yang Allah berikan untuk seluruh umat manusia, Ia bagaikan ladang buah yang segar dan menyehatkan jika kita mau berusaha mentadabburinya serta memetik manfaat yang terkandung di dalamnya. Memperdalam Al-Quran memerlukan perangkat ilmu yang memadai dan diharuskan belajar kepada orang yang ahli di bidangnya.

Mentadabburi – yang artinya memikirkan – ayat Al-Qur’an dapat dipadankan dengan perintah Iqro yang berarti ‘bacalah,’ meskipun perintah membaca ini tidak dijelaskan secara terperinci harus membaca apa. Sebagai makhluk yang diberikan akal, manusia dapat mempergunakannya untuk merenungi alam ciptaannya seperti gunung, laut, planet dan alam semesta raya.

Surah Yasin adalah salah satu surah yang sering dibaca oleh masyarakat Indonesia pada umumnya pada acara tasyakuran, malam jumat, dan nisfu sya’ban. Yasin adalah surah ke 36 yang berisi 83 ayat dan diturunkan di Kota Mekkah. Karena itu, surat ini disebut surat Makkiyyah. Apabila kita memperhatikan salah satu ayat dari surah Yasin, pastinya kita akan lebih berhati-hati dalam melangkah atau melakukan sesuatu karena segala perbuatan kita akan dicatat. Allah berfirman:

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yasin: 12)

Ayat diatas menceritakan bahwasanya di kemudian hari nanti, seluruh amal yang kita perbuat akan dicatat dan diperlihatkan tanpa terkecuali. Allah SWT juga memberitahu kepada umat manusia bahwasanya apa yang menjadi ciptaannya berjalan pada tempatnya masing-masing, tidak ada yang saling mendahului dan hal tersebut telah dikemukakan jauh sebelum sains ditemukan. Allah berfirman:

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin: 40)

Sesungguhnya jika kita mau mentadabburi Al-Qur’an secara perlahan, kita akan lebih bijak dan lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan kita di dunia yang sementara ini. Mempelajari Al-Qur’an tentu harus belajar dari orang yang telah mengerti tentang tafsir Al-Qur’an karena tidak semua orang mau berfikir mendalam akan suatu hal. Umumnya manusia cenderung mengedepankan kemauannya untuk kepentingan diri sendiri, padahal semua itu akan ada balasannya. Allah SWT menciptakan matahari dan rembulan tidak ada yang saling mendahului. Semua berjalan sesuai dengan ketetapannya.

 

**Windra

;