Berita Hoax/Penipuan Mengatasnamakan Yayasan Raudlatul Makfufin

Telah tersebar broadcast penggalangan dana palsu mengatasnamakan Yayasan Raudlatul Makfufin.

Mohon waspada dan hati-hati!

Yayasan Raudlatul Makfufin tidak pernah melakukan penggalangan dana melainkan dengan menggunakan rekening lembaga resmi, dengan pengajuan syarat ketat sebagai lembaga yang telah diakui pemerintah.

Sebagaimana tercantum dalam website resmi kami di link berikut (https://makfufin.id/donasi/) seluruh donasi untuk kegiatan kami menggunakan nama lembaga, dan tidak pernah menggunakan rekening atas nama pribadi.

Demikian klarifikasi kami atas nama pengurus harian Yayasan Raudlatul Makfufin terkait broadcast penipuan mengatasnamakan lembaga kami.

Bagi seluruh pihak yang telah menaruh perhatian dan niat baiknya untuk Yayasan Raudlatul Makfufin, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Bagi pihak-pihak yang memanfaatkan nama Yayasan dengan niatan buruk, semoga Allah memberikan hidayah dan taufik-Nya.

Wassalamu’alaikum..

 

www.makfufin.id
www.instagram.com/makfufin/
Kontak (021) 7463-5929 | 0811-83000-72

 

DISABILITAS DALAM SUDUT PANDANG ISLAM (PART 2)

Difabel atau disabilitas terbagi menjadi beberapa jenis. Ada yang bersifat mental, fisik, kognitif, sensorik, emosional, ataupun kombinasi dari beberapa sifat keterbatasan tersebut. Secara garis besar, kaum disabilitas dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori: keterbatasan fisik, keterbatasan mental dan keterbatasan fisik dan mental. Penyandang keterbatasan secara fisik terbagi kedalam beberapa jenis disabilitas, yaitu tunanetra (tidak dapat melihat), tunarungu (tidak dapat/kurang mendengar), tunawicara (tidak dapat berbicara), tunadaksa (cacat tubuh), dan tunalaras (cacat suara dan nada). Adapun disabilitas secara mental terbagi menjadi dua kategori: tunalaras (sukar mengendalikan emosi dan sosial), dan tunagrahita (cacat pikiran; lemah daya tangkap).
Kata disabiltas sendiri memiliki padanan kata dalam bahasa arab al-I’aaqah (الإعاقة) dan al-‘ajzu (العجز). Al–I’aaqah bermakna ‘sesuatu yang dapat menyebabkan frustasi, kekecewaan ataupun obstruksi’, sementara al-‘ajzu bermakna ‘lemah atau tidak memiliki kekuatan’. Di dalam Islam, kaum disabilitas lebih sering disebutkan secara parsial. Tunanetra dalam bahasa Arab disebut dengan A’ma (أعمى), tunawicara disebut dengan Abkam (أبكم), tunarungu disebut dengan Asamm (أصم), dan orang yang terganggu mobilitasnya disebut A’raj (أعرج).
Allah memiliki nama – nama yang indah atau yang disebut dengan al-asmaa al-husna. diantara nama dan sifat Allah yang Maha Sempurna adalah Yang Maha Adil dan Bijaksana. Melaui sudut pandang ini, kita harus meyakini bahwasanya apapun yang Allah kehendaki merupakan keputusan yang Adil dan Bijaksana bagi mahkluk-Nya. Tidak ada satu pun yang sia – sia dari ciptaan-Nya, sebagaimana firman-Nya:
… ربنا ما خلقت هذا باطلا … (آل عمران: 191)
“Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia – sia” (Ali Imran: 191).
Dengan demikian, kaum disabilitas yang memiliki kekurangan dibandingkan dengan orang pada umumnya harus diyakini bahwa di balik kehendak Allah yang Maha Adil dan Bijaksana pasti terdapat ibrah dan pelajaran yang dapat diambil baik bagi penyandang disabilitas tersebut, maupun orang yang tinggal di sekitarnya. Sebagai contoh sederhana, kondisi tunanetra yang tidak dapat melihat bisa menjadi cerminan bagi orang – orang yang bukan tunanetra, agar mereka dapat lebih mensyukuri segala anugrah dan nikmat –seperti penglihatan – yang telah dicurahkan Allah Subhanahu Wata’ala terhadap hamba – hamba-Nya. Dan sebagai bentuk syukurnya, seyogyanya mereka dapat menggunakan penglihatan tersebut untuk aktifitas yang dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala, bukan disalah gunakan untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Naudzubillah. Di sisi lain, bagi para penyandang tunanetra yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan, Allah Subhanahu Wata’ala telah menutup salah satu peluang mereka untuk berbuat maksiat melalui mata dan penglihatannya. Dengan kondisi tersebut, penyandang tunanetra memiliki kesempatan lebih untuk menjaga pandangan dari hal – hal yang dilarang Syariat Islam, seperti melihat aurat lawan jenis, yang berimplikasi untuk menjaga mereka dari godaan dan hawa nafsu syaitan.
Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan pernah menguji hamba – hamba-Nya melebihi batas kemampuan mereka masing – masing. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
لا يكلف الله نفسا إلا وسعها … (البقرة: 286)
‘Allah tidak membebani seseorang melainkan kemampuannya’.
Inilah salah satu bentuk keadilan dan kebijaksanaan Allah Subhanahu Wata’ala. Setiap orang pasti memiliki beban, ujian dan masalahnya masing – masing yang tentunya berbeda satu dengan yang lainnya. Demikian juga dengan apa yang dialami oleh saudara – saudari kita para penyandang disabilitas yang mendapatkan ujian dari Allah Subhanahu Wata’ala melalui kekurangan yang Allah Subhanahu Wata’ala sertakan bagi mereka. Ujian dalam bentuk apapun yang kita hadapi di dunia ini, harus kita sertai dengan suatu keyakinan yang bulat bahwa kita mampu melalui-Nya dengan landasan keyakinan kita terhadap janji Allah tersebut.
Namun, tidak jarang baik kaum disabilitas ataupun non-disabilitas yang tidak berhasil menghadapi ujian dan cobaan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagai contoh sederhana, mungkin saja kita dapat menemukan seorang tunanetra yang merasa kecewa dan tidak menerima akan keputusan yang telah Allah Subhanahu Wata’ala tetapkan baginya. Di sisi lain, ada orang yang memiliki kesempurnaan fisik, namun hidup dalam keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan, ataupun salah seorang calon legislatif yang mengalami kegagalan dalam kegiatan pemilihan umum setelah mengeluarkan sebagian besar hartanya, dan kesemuanya berakhir dalam kondisi stres, ftrustasi, bahkan tidak jarang sampai pada tingkan ketidakwarasan atau gila. Hal ini, apabila kita melihat dari sudut pandang agama, dapat terjadi karena lemah dan tipisnya tingkat keimanan mereka terhadap firman-Nya, dan tidak disertainya fikiran mereka dengan pandangan yang positif. Sebagaimana termaktub dalam hadits qudsi:
أنا عند ظن عبدي بي
‘Aku bersama dengan prasangka hamba-Ku’
Sesungguhnya, Allah bersama hamba – hamba-Nya yang sabar, yang tetap bertahan dan berjuang dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup yang dialami.(Rizal)

NGABUBURIT DI MUSIUM TRANSPORTASI

Berjalan-jalan di siang hari pada Bulan Suci Ramadhan mungkin paling dihindari bagi sebagian besar orang, namun pada Sabtu, 20 Juni 2015 hal itu menjadi kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu bagi para tunanetra.

Berkeliling di Musium Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur menjadi salah satu bentuk kegiatan yang memiliki nilai edukasi tinggi untuk tunanetra. Dengan berkeliling di Musium Transportasi, para tunanetra akan merasakan kepuasan tersendiri dalam mengexplor bentuk berbagai macam alat transportasi di Indonesia.

Bekerja sama dengan Fellowship of Netra Community (FENCY), Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tunanetra) menyelenggarakan orentasi mobilitas terhadap berbagai alat transportasi di Musium Transportasi. Diharapkan dengan adanya kegiatan tersebut menambah pengetahuan para tunanetra tentang bentuk-bentuk alat transportasi yang selama ini digunakan.

Acara terasa semakin meriah dan edukatif dengan adanya diskusi bersama mbak Mila Kartina dan mbak Rona Deswi dari KPSH (Komunitas Penerjemah Satu Hati). Diskusi tersebut diselenggarakan setelah melaksanakan ibadah shalat ashar berjama’ah di Masjid Diponegoro TMII. Setelah shalat berjama’ah, para tunanetra berkumpul di aula Masjid Diponegoro untuk berdiskusi, tema yang diberikan dalam acara tersebut yaitu “Kesempatan Bekerja di Bidang Penerjemahan”. Tema tersebut sangat tepat diberikan kepada tunanetra, mengingat masih sulitnya kesempatan kerja bagi para tunanetra di Indonesia.

Tak terasa waktu sangat cepat berlalu. Dengan suasana diskusi yang sangat Interaktif, adzan magrib berkumandang. Acara puncak diselenggarakan, yaitu buka puasa bersama dan pembagian bingkisan untuk para tunanetra yang berisi buku Al Ma’shurot dalam cetakan braille.

Alhamdulillah acara dapat berjalan dengan lancar, semoga di waktu yang akan datang kami dapat menyelenggarakan kegiatan yang tidak kalah seru dan tetap bernilai edukatif.

;