Yayasan Raudlatul Makfufin

Menyesal Kemudian Tiada Guna

Menyesal kemudian tiada guna, sebelum semuanya terjadi alangkah indahnya bila sejak dini orang tua mengutamakan pendidikan agama dan ahlak kepada buah hatinya.

Banyak orang tua merasa bangga karena bisa menyekolahkan anaknya disekolah yang mahal dan terkenal. Bangga karena dapat memberikan segala kebutuhan anak-anaknya. Namun soal pendidikan agama terutama ahlakul karimah, banyak orang tua yang menomorduakannya. Padahal pendidikan akhlak dan agama sangat penting.

Bahwa seorang anak  tumbuh dalam pelukan ayah bundanya, berkembang dalam kehangatan pangkuan yang penuh kasih sayang. Menjadi kebanggan bila orang tua memberikan yang terbaik atas segala kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun rohaninya.

Betapa bahagia dan sejuknya perasaan orang tua bila anak-anaknya menjadi anak yang cerdas, pintar dan saleh. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang mengatakan, ‘Wahai Tuhan  kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan sebagai penyejuk pandangan kami, dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa’.” (al-Furqan: 74)

Ayat diatas merupakan munajat orang tua  kepada Allah. Akan tetapi munajat itu akan terwujud manakala dibarengi dengan usaha, yaitu dengan mendidik dan memberikan keteladanan kepada anak-anaknya.

Usaha menjadikan anak saleh

Diantara usaha orang tua kepada anak-anaknya adalah;  orang tua harus memberikan  wasiat untuk bertakwa dan taat kepada Allah. Kemudian  membekali mereka dengan pendidikan ahlak, keimanan dan keislaman serta keteladanan. Melarang mereka dari segala perbuatan durhaka kepada Allah , serta mengajarkan kebaikan kepada mereka.

Sangat disayangkan, bila orang tua  tidak menunaikan kewajiban yang diamanahkan kepadanya. Tidak ada penjagaan,  perhatian, terutama pendidikan agama dan ahlak  hingga akhirnya anak-anak menjadi ujian.  Allah berfirman: “Katakanlah, sesungguhnya orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang merugikan dirinya dan keluarganya pada hari kiamat. Ketahuilah, sesungguhnya itulah kerugian yang nyata.” (az-Zumar: 15)

Jauh hari Rasulullah shallallahu’alaii wasallam telah mengingatkan bahwa setiap orang memikul tanggung jawabnya dan akan ditanya kelak pada hari kiamat tentang pelaksanaan tanggung jawabnya itu. Demikian yang dikisahkan oleh Abdullah bin ‘Umar dari Nabi shallallahu’alaii wasallam: “Ketahuilah, setiap kalian adalah penanggung jawab dan akan ditanyai tentang tanggung jawabnya. Maka seorang pemimpin yang memimpin manusia adalah penanggung jawab dan kelak akan ditanya tentang mereka. Seorang laki-laki adalah penanggung jawab atas keluarganya dan kelak dia akan ditanya tentang mereka. Seorang istri adalah penanggung jawab rumah tangga dan anak-anak suaminya dan kelak akan ditanya…” (Sahih, HR. al-Bukhari no. 5188 dan Muslim no. 1829)

Usia anak-anak adalah usia yang sangat mudah digoyangkan oleh hembusan pemikiran yang menyesatkan, tuntunan yang menyimpang, dan akhlak yang rusak. Bila kita biarkan mereka bersahabat dengan pengaruh jelek maka mereka akan menjadi generasi yang rusak dan generasi yang kacau.

Orang tua adalah Pendidik utama

Kalau bukan di tangan orangtua, pada siapakah pendidikan anak-anak akan diserahkan?

Terkadang ayah dan ibu beralasan, mereka tidak kuasa lagi mendidik anak-anaknya karena mereka sudah ‘kurang ajar’ kepada ayah dan ibunya. Kenapa mereka kurang ajar? Bisa jadi karena hilangnya kewibawaan orang tua. Anak-anak dibiarkan bersikap semaunya. Tak pernah ada sapaan untuk menanyakan keadaan mereka. Tak pernah didapati kehangatan saat berkumpul. Tak pernah pula dijumpai kebersamaan saat menikmati hidangan makan. Ahirnya terciptalah jarak yang jauh antara anak dengan orang tua. Bagaimana mungkin sang anak akan menurut dan mendengar nasihatnya?

Demikian besar tanggung jawab itu, maka orang tua harus mempersiapkan diri untuk menjadi pendidik yang pertama dan utama. Kenapa? Karena orang tua harus, mengajarkan ilmu, membaca dan menjajarkan ahlak mulia yang disertai dengan keteladanan.

Orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak, baik dalam ucapan maupun perilaku. Selalu menunaikan janji jika orang tua berjanji. Alangkah indahnya jika anak melihat ayah bundanya melaksanakan segala yang mereka perintahkan. Dalam Q.S Ash-Shaff Allah memberikan peringatan: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian lakukan? Teramat besar kebencian di sisi Allah apabila kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan.” (ash-Shaff: 2—3)

;