Hakikat Seorang Muslim

Siapakah muslim itu?

Muslim adalah isim fa’il dari aslama yang bermakna tunduk dan patuh kepada Rabbnya dan Penciptanya سبحانه و تعالى. Islam dengan makna ini adalah mencakup ketundukan seluruh makhluk kepada Allah سبحانه و تعالى, dan masuk di dalamnya risalah-risalah para rasul Allah —semoga shalawat dan salam-Nya selalu tercurah atas mereka semuanya —. Allah Ta’ala berfirman:

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (QS Ali ‘Imraan [3]: 83)

Dan Allah عزّوجلّ berfirman:

وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ . إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ . وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ . أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shalih. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menvembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (QS al-Baqarah [2]: 130-133)

Dan Allah سبحانه و تعالى berfirman:

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nashrani. Akan tetapi, dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musvrik. (QS Ali ‘Imraan [3]: 67)…

Maka seluruh syari’at-syari’at Allah سبحانه و تعالى semuanya bertemu di dalam mengikhlashkan ibadah kepada Allah سبحانه و تعالى, tunduk kepada-Nya, dan pasrah kepada syari’at-Nya serta berpegang teguh dengan perintah dan larangan-Nya, meskipun bermacam-macam syari’atnya dan berbilang jalan-jalannya sebagaimana di dalam hadits:

نَحْنُ مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ أَوْلَادُ عَلَّاتٍ دِينَنَا وَاحِد

“Kami para nabi adalah bersaudara (dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama kami adalah satu.” (Muttafaq ‘alaihi, Shahih al-Bukhari: 3187 dan Shahih Muslim: 4362)

Dan sesudah diutusnya Rasul-Nya yang mulia Muhammad — ‘alaihish  shalatu wassalam— jadilah Islam sebagai lambang atas syari’atnya dan tanda bagi pemeluk agamanya dan tidak boleh bagi seorang pun dari jin dan manusia keluar dari agama Islam yang Allah عزّوجلّ, telah mengutusnya dengannya.

Allah سبحانه و تعالى berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ . فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam.” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah), dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Q5 Ali ‘Imraan [3]: 19-20 )

Nabi صلى الله عليه وسلم telah menafsirkan Islam di dalam hadits Jibril yang masyhur dengan sabdanya:

الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

“Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.” (Shahih Muslim: 9)

Dan Nabi صلى الله عليه وسلم telah menafsirkan iman di dalam hadits Jibril dengan sabdanya:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk.” (Shahih Muslim: 9)

Islam dan iman adalah dua lafazh yang jika keduanya dikumpulkan di dalam satu tempat maka yang dimaksudkan dengan islam adalah amalan-amalan yang zhahir, sedangkan iman adalah amalan-amalan yang batin sebagaimana di dalam hadits Jibril ini. Adapun jika kata Islam dan iman disebutkan secara sendirian maka dimaksud dengan islam atau iman adalah amalan-amalan yang zhahir dan batin sekaligus.

Jika demikian maka Islam adalah aqidah dan amalan, agama dan daulah, manhaj kehidupan di dalam segala bidang kehidupan.

Asy-Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab رحمه الله telah mendefinisikan Islam bahwa ia adalah kepasrahan kepada Allah عزّوجلّ dengan mentauhidkan-Nya, ketundukan kepada-Nya dengan ketaatan, dan melepaskan diri dari kesyirikan.

Maka seorang muslim yang hakiki adalah yang diberi taufiq untuk masuk ke dalam Islam atau tumbuh di atas Islam dan berpegang teguh dengan Islam secara ucapan, perbuatan, dan keyakinan hingga datang kematian kepadanya.

 

;