Alhamdulillah, Hidupku Terbebas Dari Hutang

Hutang, dahulu, termasuk salah satu tabu. Sekarang tidak lagi. Jadi hal biasa. Apalagi di kalangan pengusaha. Sampai-sampai disebut aneh; pengusaha kok tidak punya Hutang. Padahal Hutang dapat menyebabkan bisnis seret dan bahkan bangkrut. Pengusaha Muslim hendaklah cermat menyikapi Hutang. Jangan terbelenggu Hutang. Apalagi Hutang berbunga (riba). Bisa-bisa siang malam kerjanya hanya gali lubang Hutang untuk menutup lubang Hutang lain, sehingga hidup tidak tenang dan berkah.

Hutang termasuk perkara besar yang hendaknya jangan diremehkan oleh pengusaha Muslim. Dikisahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menolak mensholati orang yang meninggal dunia meninggalkan Hutang. Datang sahabat Abu Qatadah yang berjanji melunasi Hutang jenazah, dan beliau bersedia mensholatinya (HR. Ahmad 3/330, Hakim 2/58, dan dishahihkan Al-Albani)

Segera lunasi Hutang Anda sebelum maut menjemput! Tidak ada jaminan ahli waris Anda akan melunasi Hutang Anda. Jika tidak, Anda akan ditagih di akhirat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut?” Mereka berkata, ‘Orang bangkrut di antara kita, wahai Rasulullah, adalah orang yang tidak punya dirham dan ludes barang dagangannya.’ Rasulullah bersabda, ‘Orang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa pahala sholat, puasa, dan zakat, namun dia pernah memaki si A, menuduh si B, memakan harta si C. Akhirnya pahala orang ini diambil dan diberikan kepada korban kezalimannya, sehingga pahalanya habis sebelum tuntutannya terpenuhi. Kemudian diambil-lah dosa orang yang pernah dizalimi dan dilemparkan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke neraka’” (HR. Muslim No. 2581)

Kiat Bebas Hutang

Berikut ini sembilan kiat bebas dari Hutang.

Bekali hidup dengan ilmu yang bermanfaat dan amal salih.
Risalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengandung dua hal: cahaya hidayah dan agama yang benar, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya, yang artinya: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama” (QS. At-Taubah [9]: 33).

Petunjuk adalah ilmu yang bermanfaat, dan agama yang benar adalah amal soleh yang dilakukan dengan ikhlas dan sesuai petunjuk Rasul-Nya. Ilmu yang bermanfaat mencakup semua ilmu yang memberi kebaikan kepada umat di dunia dan akhirat. Dengan dua hal ini, seorang Muslim akan berhati-hati mengelola Hutang, mewaspadai keterlambatan pembayaran Hutangnya dan takut terhadap dampak Hutang, terutama di akhirat, kelak.

Kenali dunia dan karakternya
Sesungguhnya Allah menjadikan dunia ini hanya tempat singgah sejenak, sekaligus ladang beramal, untuk bekal menuju kampung akhirat dan wahana beribadah. Sedangkan akhirat kampung tempat menuai balasan dan memetik pahala. Jika orang yang memahami prinsip ini, dia tidak akan menjadikan dunia sebagai cita-citanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan urusannya berantakan, menancapkan kemiskinan di depan kedua matanya, dan tidaklah datang bagian untuk dunianya kecuali yang telah ditentukan kepadanya. Sementara barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya, maka Allah akan mengumpulkan urusannya, memberikan rasa cukup dalam hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dengan sanad yang sahih).

Jangan remehkan Hutang.
Seorang Muslim harus berpikir panjang jika hendak berHutang. Dia harus menimbang kemampuannya. Karena Hutang tidak akan gugur melalui kematian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Jiwa seorang mukmin tergadai oleh Hutangnya hingga terbayar” (HR. Ahmad 2/440, Turmudzi No. 1078 dan Ibn Majah No. 2413).

Takutlah kepada Allah akan hukuman bagi orang yang mati meninggalkan Hutang.
Bila sudah mampu melunasi Hutang, segera laksanakan. Karena menunda pembayaran Hutang termasuk zalim. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Penundaan orang yang mampu untuk membayar Hutang menghalalkan kehormatannya dan pemberian hukuman atasnya” (HR. Ahmad No. 17486, Abu Daud No. 3628, dan Nasa’i No. 4689, dan disahihkan Al-Albani). Artinya aib dan kesalahannya boleh dibeberkan kepada masyarakat.

Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang meninggal dunia tidak berniat melunasi Hutangnya, maka pahalanya akan diambil sementara tidak ada lagi dinar dan dirham” (HR. Hakim 2/27 dan disahihkan Al-Albani).

Kerahkan potensi diri dan bertawakal kepada Allah.
Renungkan tentang burung yang hanya bermodal paruh tapi mampu bertahan hidup, dan Rasulullah menjadikan burung teladan bagi manusia dalam bertawakal ketika mengais rezeki, sebagaimana sabdanya: “Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung-burung diberi rezeki. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. Turmudzi No. 2344).

Buat perencanaan keuangan
Perencanaan keuangan sangat penting untuk mengatur dan mengontrol keuangan. Terutama Anda yang berpenghasilan tetap agar cash flow lancar dan dapat menghindari pembengkakan pengeluran. Hidup teratur dan disiplin harus menjadi pola hidup Muslimin.

Hindari kartu kredit.
Kartu kredit adalah jerat setan untuk menjerumuskan manusia ke jurang kehancuran dan penderitaan berkepanjangan. Pemegang kartu kredit cenderung menggampangkan Hutang. Dengan kartu kredit, tanpa duit di tangan, bisa mendapatkan barang yang diinginkan. Tapi bulan depan tagihan kartu kredit datang dan membuatnya mengelus dada. Kartu kredit senantiasa mengejar ke mana pun Anda menghindar. Bagaimana mungkin hidup tenang?

Berdoalah dan bertawakal.
Sambil mencari modal usaha yang halal dan bebas riba, teruslah berdoa. Di antara doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْـهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, keterjagaan dari hal-hal terlarang dan kecukupan” (HR. Muslim No. 2721)

Rasulullah Shalallahu’ alaihi wa sallam juga mengajarkan doa agar kita hidup berkecukupan dan tidak terlilit Hutang. Bacalah doa ini sebelum tidur:

اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ الْأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ.اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنْ الْفَقْرِ

“Ya Allah Rabb sekalian langit dan bumi dan Rabb ‘Arsy yang agung Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Yang menurunkan Taurat, Injil dan Al-Quran, Aku berlindung dari kejahatan segala sesuatu yang Engkaulah yang menguasai ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkaulah Al-Awwal yang tiada sesuatu sebelum-Mu, dan Engkaulah Al-Akhir yang tiada sesuatu setelah-Mu, Engkaulah Yang Zhahir yang tiada sesuatu di atas-Mu dan Engkau Al-Bathin, tiada yang lebih dekat dari-Mu sesuatu pun, lunasilah Hutang kami dan cukupilah kami (sehingga terhindar) dari kefakiran” (HR. Muslim No. 2713)

Jaga komitmen dan bertekadlah melunasi Hutang.
Allah Ta’ala memberikan janji untuk melunasi Hutang orang yang bertekad menunaikannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah ada orang yang berHutang, dan Allah mengetahui bahwa ia berniat melunasi Hutangnya, melainkan Allah akan melunasinya di dunia.” (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah; dinilai sahih oleh Al-Albani).

 

Tujuh Cara Agar Suami Tidak Pindah ke Lain Hati

Berikut adalah tips-tips yang semoga bisa mencegah perselingkuhan pada rumah tangga muslim.

1. Terus berusaha mendalami agama.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28).

Kalau istri mempelajari agama dengan baik, ia akan menjadi baik, pastinya ia akan mengarahkan suami untuk semakin takut kepada Allah hingga hatinya tidak selingkuh ke lain hati.

Dan ingatlah wanita yang baik pasti mendapatkan laki-laki yang baik,

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An-Nuur: 26)

2. Taat kepada suami selama dalam kebaikan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An-Nasa’i, no. 3231 dan Ahmad, 2:251. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Ingatlah, taat pada suami adalah jalan menuju surga. Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad, 1:191 dan Ibnu Hibban, 9:471. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih).

3. Suka dandan di hadapan suami tercinta.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

كُنَّا نِسَاؤُنَا يَخْتَضَبْنَ بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحْنَ فَتَحْنَهُ فَتَوَضَّأْنَ وَصَلَّيْنَ ثُمَّ يَخْتَضَبْنَ بَعْدَ الصَّلاَةِ ، فَإِذَا كَانَ عِنْدَ الظُّهْرِ فَتَحْنَهُ فَتَوَضَّأْنَ وَصَلَّيْنَ فَأَحْسَنَّ خِضَابًا وَلاَ يَمْنَعُ مِنَ الصَّلاَةِ

“Istri-istri kami punya kebiasaan memakai pewarna kuku di malam hari. Jika tiba waktu Shubuh, pewarna tersebut dihilangkan, lalu mereka berwudhu dan melaksanakan shalat. Setelah shalat Shubuh, mereka memakai pewarna lagi. Ketika tiba waktu Zhuhur, mereka menghilangkan pewarna tersebut, lalu mereka berwudhu dan melaksanakan shalat. Mereka mewarnai kuku dengan bagus, namun tidak menghalangi mereka untuk shalat.” (HR. Ad-Darimi, no. 1093. Syaikh Abu Malik menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih dalam Shahih Fiqh As-Sunnah li An-Nisa’, hlm. 419).

4. Menuruti ajakan suami untuk urusan ranjang.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ

Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas si istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh.” (HR. Bukhari, no. 5193 dan Muslim, no. 1436).

5. Ridha pada pemberian suami dan memiliki sifat qana’ah (merasa cukup).

Karena ridha pada pemberian suami akan membuat seorang istri rajin bersyukur, suami pun akhirnya ridha padanya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu.” (HR. Muslim, no. 2963).

Ingatlah bahwa sebab wanita banyak yang masuk neraka karena kurang bersyukur pada pemberian suami sebagai disebutkan dalam hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian sepanjang waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari, no. 5197 dan Muslim, no. 907).

6 Perbanyak tinggal di rumah demi keluarga.

Allah Ta’ala memerintahkan wanita agar banyak menetap di rumah,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu.” (QS Al-Ahzab: 33).

Dari Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ فَتَقُولُ: مَا رَآنِي أَحَدٌ إِلا أَعْجَبْتُهُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ إِلَى اللَّهِ إِذَا كَانَتْ فِي قَعْرِ بَيْتِهَا”

Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya.” (HR. Ibnu Khuzaimah, no. 1685. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

7 Perlu mengingatkan suami ketika salah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)

Namun ingatlah karena suami yang dinasihati tentu tetap dengan cara yang halus. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya. (HR. Muslim, no. 2594)

Moga Allah memberi taufik dan hidayah.

Ketika Cobaan Sedang Menerpa

Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al Anfaal: 73)


Bencana demi bencana datang silih berganti menyapa kita. Mulai dari banjir yang menerjang beberapa kota, kecelakaan transportasi darat, laut sampai udara dan beberapa musibah lain, seperti angin puting beliung, gempa dan tanah longsor, belum lagi musibah karena penyakit Demam berdarah, diare, busung lapar dsb. Astaghfirullah, hati manusia mana yang acuh melihat keadaan seperti itu?! Deraian airmata atau isak tangis entah karena kehilangan sanak saudara atau kehilangan harta benda atau karena penyakit yang sedang diderita. Dan keadaan seperti itu sangatlah berat jika dirasakan khususnya bagi wanita yang mempunyai beberapa peran, wanita sebagai ibu atau sebagai istri. Wanita yang mempunyai hati selembut kapas, penuh simpati, mudah terbawa suasana, dan mudah pula rapuh hatinya.

Siapa yang tak kenal hati wanita?! Wanita adalah sesosok manusia yang dianugerahi dengan perasaan yang halus. Selembut-lembutnya hati seorang laki-laki masih lembut hati seorang wanita yang paling tegar sekalipun. Betapa hatinya bagaikan gelas-gelas kaca, sekali pecah hancur sampai berkeping-keping. Perasaan seperti itu sangat rentan terhadap kekecewaan dan kesedihan. Biasanya wanita mengekspresikan perasaan tersebut dengan menangis, entah menangis secara sembunyi-sembunyi ataupun menangis secara berlebihan, yaitu dengan menampak-nampakkan kepada setiap orang untuk menunjukkan betapa sedihnya ia. Namun jika tangisan tersebut berlebihan hingga mengeraskan suara dan seakan-akan menunjukkan kekecewaan atas Qadha’ dan Qadhar Allah Subhanu Wata’alla ini yang tidak boleh, Allah menguji manusia dengan batas kemampuan masing-masing manusia:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al Baqoroh: 286)

“Dari Abu Musa, Abdullah bin Qais radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berlepas diri dari wanita yang meratap ketika ditimpa musibah, mencukur rambut dan merobek-robek saku baju.”

Menangislah sewajarnya jika memang dengan menangis hati kita lebih lega, karena menangis adalah ciri seorang wanita. Menangis tidak selamanya termasuk bagian orang yang lemah dan tidak tegar, misalnya para shahabat seperti umar bin khaththab radhiyallahu’anhu pernah menangis jika mengingat keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga menempatkan waktu yang sesuai untuk menangis itu yang terbaik. Musibah silih berganti, laksana bergantinya siang dan malam, hati yang kuatlah yang diperlukan untuk menepis kesedihan-kesedihan yang melanda. Dan hati yang kuat hanya ada bersama dengan iman yang kuat, rasa pasrah terhadap segala takdir-Nya.

Saudariku, mungkin diantara kita saat ini ada yang sedang mengalami musibah tersebut, mungkin keluarga kita atau handai taulan kita. Maka jadilah orang yang kuat dan dapat menguatkan orang di sekitar kita, serahkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta katakanlah “Innalillahi wa inna ilahi roji’un” “sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.” Hal tersebut akan lebih baik untuk kita lakukan, dan telah dicontohkan oleh para salaf ketika mereka ditimpa musibah.

Dan janganlah menangis berlebihan bahkan hingga disertai menyakiti diri sendiri seperti memukul-mukul pipi sendiri atau mengatakan kata-kata yang kasar yang menunjukan rasa tidak suka dan tidak sabar atas musibah dan cobaan tersebut atau malah menyalah-nyalahkan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan ada yang keterlaluan sampai mengakhiri hidupnya (bunuh diri), ia meyakini dapat menyudahi kesempitan yang sedang dialaminya di dunia akan tetapi sebenarnya malah membuka kesempitan yang lain yang justru ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi setelah itu, laksana beralih dari pasir yang panas ke dalam bara api. Na’udzubillahi min dzalik. Mereka berpikir bahwa kematian dapat mengakhiri apa yang mereka tidak sukai, menghindar dari masalah, dan bersikap sebagaimana pengecut. Namun sebenarnya ia akan dihadapkan masalah yang lebih berat dan ia takkan mungkin bisa bunuh diri lagi untuk melarikan diri. Ternyata pikiran sempit mereka dapat menyulitkan mereka sendiri bahkan kesulitan yang paling sulit.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Bukan termasuk golongan kami orang yang menampari pipi, merobek-robek saku dan berseru-seru dengan seruan jahiliyyah.” (Muttafaqun ilaihi)

Saudariku disetiap perjalanan hidup kita tak lekang dari musibah dan cobaan, baik dengan kehilangan orang yang kita sayangi, kehilangan harta yang telah kita kumpulkan, atau penyakit yang telah kita derita. Sebagai mukmin yang cerdas hendaknya kita mengambil kesempatan untuk meraup pahala dari setiap kesulitan yang sedang kita hadapi. Dan hendaknya kita bisa memetik hikmah disetiap musibah dan cobaan. Wallohu a’lam bishowab.

 

Perlindungan Ketika Tidur

Manusia menjadi sangat lemah ketika dia tertidur lelap, tak peduli sekuat apapun manusia tersebut. Sehingga dia bisa menjadi sasaran bagi mahluk jahat di sekitarnya. Kalaupun dia selamat dari mahluk yang nampak yaitu manusia, bisa jadi dia belum bisa selamat dari mahluk yang tak nampak yaitu para jin yang ingin berbuat jahat kepadanya.

Oleh karenanya kita sangat butuh pertolongan dan perlindungan dari Allah ta’ala di dalam tidur kita. Untuk mendapatkan  jaminan keamanan dan perlindungan ini dan agar kita tidak termasuk menjadi orang yang merugi. Karena dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyayallahu ‘anhu disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda : “Barang siapa yang berbaring di pembaringan (akan tidur) dan tidak berdzikir menyebut nama Allah, maka pada hari kiamat tidak ada baginya sesuatu selain kerugian” (HR. Abu Daud no. 4856).

Oleh karean itu Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada ummatnya berbagai macam doa dan dzikir sebelum tidur. Sehingga kita dapat merutinkan doa ini setiap kita hendak tidur. Diantara doa dan dzikir yang diajarkan Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam untuk kita baca sebelum tidur adalah membaca ayat kursi. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam membenarkan perkataan penyusup yang datang kepada Abu Hurairah ketika dia menjaga harta zakat, penyusup tersebut berkata:

إذا أويت إلى فراشك فاقرأ آية الكرسي لن يزال معك من الله حافظ ولا يقربك شيطان حتى تصبح” وقال النبي صلى الله عليه وسلم : صدقك وهو كذوب. ذاك الشيطان

Jika kamu hendak beranjak ke tempat tidur maka bacalah ayat kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan syetan tidak akan mendekatimu hingga pagi. Maka Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”ia telah berkata benar padamu, padahal ia adalah pendusta. Si penyusup tadi sebenarnya adalah syetan” (HR. Bukhari no. 4624).

Semoga kita dimudahkan oleh Allah ta’ala untuk selalu senantiasa membaca, mengamalkan anjuran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, serta merutinkan doa ini sebelum tidur kita, sehingga kita mendapatkan perlindungan Allah ta’ala.

 

Tips Memilih Busana Muslim Untuk Wanita

Bagi seorang wanita muslimah yang sudah dewasa, menutup aurat merupakan suatu kewajiban yang mesti mereka lakukan. Karena menutup aurat ini sendiri merupakan salah satu perintah yang telah dituliskan didalam kitab suci Al-Quran. Dan jika anda seorang wanita muslimah yang sehari-hari banyak melakukan aktivitas ataupun kegiatan diluar rumah, tentu saja anda mesti memperhatikan juga busana yang akan anda kenakan tersebut , supaya aktivitas anda sehari-hari itu akan tetap terasa nyaman, meskipun anda sehari-harinya mengenakan pakaian muslim yang tertutup. Dan berikut ini kami akan memberikan anda beberapa dari cara ataupun tips memilih busana muslim harian, yang nantinya bisa anda jadikan sebagai referensi anda dalam berbusana.

Berikut ini adalah tips yang akan kami berikan tersebut khusus untuk anda.

Tips memilih busana muslim
Yang pertama dari tips memilih busana muslim harian tersebut, yaitu pilihlah busana muslim yang tidak terlalu tebal , atau yang mudah untuk menyerap keringat. Sehingga anda tidak akan merasa gerah atau kepanasan karena baju yang tak menyerap keringat tersebut.

Tips yang kedua, pilihlan warna baju muslim anda , dengan warna-warna yang lembut. Dan jika anda beraktivitas selama seharian diluar rumah, sebaiknya hindarilah warna-warna gelap, contohnya baju busana muslim dengan warna hitam. karena baju-baju yang berwarna hitam ini , bias membuat anda merasa gerah ataupun panas. Sehingga aktivitas yang anda lakukan tersebut, akan terasa tak nyaman.

Tips berikutnya, pililah busana muslim harian tersbeut, dengan model kasual saja, dan indarilah busana muslim yang terlalu ribet, ataupun modelnya seperti gaun. Karena selain merepotkan, pakai-pakain seperti ini akan membuat anda merasa tak nyaman dalam bergerak.

Dan untuk yang terakhir dari tips memilih busana muslim harian, pilhlah busana muslim dengan bahan yang dingin dan lembut. Supaya saat busana muslim tersebut anda kenakan, maka anda merasa lebih nyaman dan tak terlalu risih dengan memakai busana muslim, bahan yang panas ataupun tak menyerap keringat.

Semoga bermanfaat.

Sikap Mukmin dalam Melihat Persoalan Hidup

Berbagai tindak kriminal, kini kian marak terjadi di negeri ini. Perampokan, pemerkosaan, bahkan perdagangan manusia pun sudah bukan rahasia lagi. Di penghujung tahun 2012 sebuah situs niaga di Indonesia dilaporkan telah mengiklankan perdagangan manusia berupa penjualan bayi berumur 18 bulan dengan harga Rp. 10 juta.

Pada sisi lain, penemuan bayi di negeri ini kian sering terjadi. Diduga kuat, motif pelaku membuang bayinya itu karena alasan zina, sehingga malu. Tetapi tidak sedikit yang membuang (menggugurkan atau menjual) bayinya karena alasan ekonomi. Bahkan ada di antaranya yang nekad menenggak racun bersama anak-anaknya, karena takut miskin.
Memang benar, di zaman ini, tekanan hidup dan kesulitan mencari nafkah demi penghidupan keluarga terjadi dimana-mana. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga di Spanyol, Belanda, Portugis, Yunani bahkan Amerika. Artinya, masalah kesulitan hidup adalah masalah seluruh manusia di dunia.

Akan tetapi, bagaimanapun, Islam tidak mengajarkan umatnya bertindak bodoh. Sesulit apapun situasi yang dialami, harus dihadapi dengan penuh optimisme dan usaha nyata. Tidak boleh berputus asa. Karena putus asa terhadap rahmat Allah itu merupakan sifat tercela. Dan, tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang yang kafir. Sebagaimana peringatan Allah kepada Nabi Yusus Alaihissalam.

يَا بَنِيَّ اذْهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلاَ تَيْأَسُواْ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS: Yusuf [12]: 87).

Setiap Jiwa Ada Rizkinya

Di zaman jahiliyah membunuh anak adalah hal lumrah. Sebab utamanya karena para orang tua di zaman itu, merasa tidak mampu memberi nafkah untuk anak-anaknya. Islam, sangat melarang tindakan biadab ini.

Suatu ketika, Abdullah bin Mas’ud menemui Rasulullah, lalu bertanya. “Ya Rasulullah, apakah dosa yang paling besar? Beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia yang telah menciptakanmu.”

“Kemudian apa lagi?” “Engkau membunuh anakmu karena takut ia akan makan bersamamu”. “Lalu apa lagi?” “Engkau berzina dengan istri tetanggamu” (HR. Bukhari Muslim).

Kemudian Allah Subhanahu Wata’ala telah menjabarkan secara gamblang di dalam al-Qur’an.

وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka.” (QS: al-An’am [6]: 151).

Dalam ayat yang lain Allah juga tegaskan;

وَلاَ تَقْتُلُواْ أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُم إنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْءاً كَبِيراً

”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS: al-Israa’ [17]: 31).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya, lebih dari kasih sayang orang tua kepada anaknya, karena Allah melarang umat manusia membunuh anak-anak mereka, demikian penjelasan Ibn Katsir dalam tafsirnya.

Jadi, seorang Muslim tidak boleh takut miskin, meski sesulit apapun beban ekonomi yang sedang dihadapinya. Malahan, situasi buruk itu harus disikapi secara tepat, sehingga dapat menjadikan iman dan takwa kita meningkat, kemudian kita mampu terus bersabar dan ikhtiar. Karena pada hakikatnya, setiap jiwa telah Allah jamin rizkinya secara utuh dan menyeluruh.

Makna Rizki

Anggapan bahwa rizki semata harta dan benda tidak lain hanyalah pandangan orang-orang kafir yang hidup bergelimang dalam kejahiliyahan, kekafiran, dan kebiadaban.

Rizki dalam Islam, bukan semata harta dan benda. Apalagi, yang semata-mata karena hasil usaha (kerja) manusia. Rizki dalam Islam melingkupi semua apa yang ada dalam kehidupan manusia. Berupa waktu, kesehatan, kesempatan, kecerdasan, istri, anak, orang tua, tetangga, teman, lingkungan, hujan, tanaman, hewan piaraan dan masih banyak sekali yang lainnya.

Itulah mengapa Allah mengingatkan manusia bahwa nikmat (rizki) Allah terhadap manusia sungguh tidak akan pernah bisa dihitung. Sebab, Allah telah menyediakan untuk umat manusia apa saja yang manusia perlukan pada segala situasi dan kondisi.

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS: Ibrahim [14]: 34).

Allah memang memberikan rizki kepada semua makhluk-Nya, tetapi tidak semua mendapatkan rizki yang mulia dari-Nya. Lantas, siapa sajakah mereka itu?

“Maka orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia” (QS. 22 : 50).

Terhadap ayat tersebut, Ibn Katsir mengutip pernyataan Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi. “Apabila engkau mendengar firman Allah Ta’ala (wa rizqun karim) ‘Dan rizki yang mulia,’ maka rizki yang mulia itu adalah surga.

Dengan demikian, maka sebaik-baik rizki adalah surga. Jadi, dalam kehidupan dunia ini kita harus mengutamakan dua perkara penting, yakni iman dan amal sholeh. Karena hanya keduanyalah yang dapat mengantarkan setiap jiwa mendapatkan rizki yang mulia.

Sangat tidak patut bahkan sangat tercela bila ada seorang Muslim merasa terhina hanya karena kurang harta. Apalagi kalau sampai berani mengambil keputusan tidak benar dalam hidupnya karena alasan kemiskinan. Sebab, rizki yang paling mulia adalah surga, bukan harta atau benda.

Itulah mengapa, para Nabi dan Rasul tidak pernah berbangga dengan harta dan benda. Bahkan para Nabi dan Rasul itu lebih memilih hidup susah demi rizki yang mulia di sisi-Nya. Namun demikian, Islam tidak mengharamkan umatnya kaya raya. Karena kekayaan yang disertai iman juga bisa mengantarkan seseorang pada derajat yang mulia di sisi-Nya.

Tawakkal

Jika demikian, maka mengapa dalam kehidupan masih ada kaya dan miskin? Itu tidak lain adalah ketetapan-Nya yang harus kita terima dengan lapang dada.

وَاللّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْرِّزْقِ فَمَا الَّذِينَ فُضِّلُواْ بِرَآدِّي رِزْقِهِمْ عَلَى مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاء أَفَبِنِعْمَةِ اللّهِ يَجْحَدُونَ

“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki” (QS. An-Nahl [16]: 71).

Terkait hal ini Imam Ghazali dalam kitab terakhirnya ‘Minhajul Abidin’ menegaskan bahwa setiap Muslim hendaknya memahami dengan baik bahwa rizki manusia itu telah dibagikan oleh Allah sebelum kita dilahirkan.

Dan, apa yang dibagikan-Nya itu tidak dapat diganti dan tidak pula berubah. Apabila seorang Muslim menolak pembagian tersebut dan berharap agar diubah, maka berarti ia telah mendekati kekufuran.

Lebih lanjut, Imam Ghazali mengatakan, “Sesungguhnya apa yang ditakdirkan sebagai makanan yang engkau kunyah, maka tidak akan dikunyah oleh orang lain. Maka, makanlah bagian rizkimu itu dengan mulia, jangan engkau memakannya dengan hina”.

Artinya, Allah telah menetapkan rizki kita. Selanjutnya kita menjalankan tugas kita sebagai hamba yaitu berikhtiar, berusaha menjemput rizki tersebut. Soal sedikit atau banyak, terima saja dengan lapang dada. Sebab itu adalah bagian dari ketetapan-Nya.

Dengan demikian, maka sudah seharusnya kita semua bertawakkal kepada Allah SWT. Bekerja secara jujur, disiplin, penuh dedikasi sebagai wujud ketawakkalan kita kepada Allah. Karena tawakkal itu adalah indikasi keimanan paling nyata. “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. 5 : 23).

Berarti, sangat tidak pantas seorang Muslim hidup dalam kebimbangan, kebingungan, apalagi kegelisahan dan keputusasaan dalam soal rizki. Karena setiap makhluk Allah pasti ada rizkinya. Maka, jangan bertindak curang atau berlaku menyimpang, karena kecurangan atau penyimpangan itu adalah bentuk kekufuran yang berakibat pada kesengsaraan dan kebinasaan.*/Imam Nawawi

;