Semangat dalam Menulis untuk Tunanetra

Menyalakan pelita semangat dalam melakukan aktifitas menulis memang tak semudah membalikan telapak tangan. Selain menuangkan ide dalam bentuk tulisan, seorang penulis dituntut untuk rajin membaca. Hasil dari kegiatan membaca akan memunculkan ide yang akan memantik sebuah keinginan untuk menulis seperti apa yang sedang dibacanya.

Melalui beberapa tips dibawah ini semoga semangat teman-teman untuk menulis dapat timbul. Bagi disabilitas tunanetra, menulis dapat dijadikan pekerjaan untuk menghasilkan cuan. Peralatan yang diperlukan juga tak perlu canggih asalkan selalu menanamkan niat serta semangat yang kuat.

  1. Yang pertama adalah munculkan rasa suka terlebih dahulu dari dalam diri kita. Jika pekerjaan muncul dari apa yang kita sukai, maka ketika menjalankannya seseorang tidak akan merasakan lelah ataupun bosan. Misalnya, bagi teman-teman tunanetra yang hobinya memasak, resep-resepnya dapat dituliskan di hp atau di la Dari sini, teman-teman akan terbiasa untuk menulis.
  2. Inspirasi datang dari mana saja. Hal ini kerap menjadi persoalan besar bagi seseorang yang akan memulai aktifitas menulisnya. Rasa bingung sering muncul. Mau menulis apa hari ini. Sesungguhnya jika telah suka, rasa bingung tak akan ada lagi karena bahan atau inspirasi bisa didapatkan di sekeliling kita.
  3. Jangan biarkan rasa tak percaya diri merayapi kita. Kita perlu tetap percaya diri dengan tulisan kita, dan tetap belajar juga terus berusaha untuk memperbaiki tulisan. Jangan pernah berhenti karena jika sudah terbiasa lama-lama akan terampil juga. Untuk menjadi terampil dalam menulis memerlukan waktu yang tidak singkat.
  4. Tekun dan sabar. Poin ini tak dapat dilepaskan dari seorang penulis. Pekerjaan penulis adalah menuangkan fikiran menjadi rangkaian kata-kata lalu menjadi deretan kalimat sehingga dapat dibaca oleh orang banyak. Hal itu bukan sesuatu yang mudah. Tapi, jangan sampai dijadikan alasan sehingga kita tidak pernah mencoba merangkai kata. Kita dapat mencoba untuk menulis dalam satu hari sebanyak satu baris. Atau dalam  satu jam membuat beberapa kalimat. Dengan begitu Insya Allah akan terbiasa nantinya.

Sahabat Rasulullah Ali Bin Abi Thalib pernah berkata: “Ikatlah ilmu dengan menulis.” Kegiatan menulis telah ada dari zaman Rasulullah SAW dan hingga saat ini. Imam Besar Al-Ghazali juga telah memberikan motivasinya dalam penulisan dengan berkata: “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak seorang ulama, maka jadilah penulis.”.

 

~Segara Aksara

Rutinitas Santri Pesantren Raudlatul Makfufin

Kegiatan santri di pesantren manapun tidak jauh berbeda. Bangun sebelum shalat Subuh menjadi rutinitas sehari-hari. Ibadah sepertiga malam dibiasakan kepada para santri yang masih usia sekolah, dan siangnya mereka mengikuti kegiatan di kelas. Ilmu agama dan dunia memang harus berjalan saling beriringan sesuai dengan tempatnya masing-masing. Islam sendiri tak melarang umatnya untuk mempelajari ilmu dunia, asalkan benar dan bermanfaat. Dengan mempelajari ilmu pengetahuan, manusia akan lebih mudah dalam melakukan segala sesuatu. Di samping itu, jika memperlajari ilmu agama, manusia akan diarahkan untuk mengenal yang baik dan buruk agar dapat berhati-hati dalam melangkah.

Kehidupan santri berbeda dengan kehidupan di rumah. Di asrama pesantren para santri disibukan oleh kegiatan-kegiatan dari sebelum subuh sampai malam tiba. Mereka istirahat hanya beberapa jam saja. Hal ini dilakukan untuk melatih kemandirian yang akan dipakai ketika kembali ditengah-tengah masyarakat kelak. Di dalam asrama pesantren, yang dipelajari tidak hanya ilmu semata melainkan kebersamaan, kesederhanaan dan mengenal teman-temannya yang berasal dari berbagai daerah. Membuka cakrawala keragaman khazanah yang luas didapatkan ketika santri berbincang-bincang bersama teman-temannya.

Demikian juga dengan asrama di Pesantren Raudlatul Makfufin. Meskipun para santrinya adalah tunanetra, namun kegiatannya sama seperti seperti di pesantren non-disabilitas pada umumnya. Setiap jam tiga malam para santri sudah bangun untuk melaksanakan shalat sunnah dan beberapa anak lainnya menghafalkan al-Quran hingga menjelang waktu shubuh. Setelah selesai shalat shubuh berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan zikir. Setelah itu, hafalan ayat-ayat baru disetorkan dan disimak oleh para ustadz. Seolah tak mengenal lelah, mereka kembali ke asrama untuk bersiap-siap pergi kesekolah hingga siang sampai jam pelajaran selesai, dan kemudian beristirahat sejenak sampai waktu ashar tiba. Setelah itu kembali lagi mengikuti kegiatan sampai malam. Allah berfirman:

“Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaahaa 114)

 

***Windra

 

Tadabbur Surah Yasin Pengajian IKJAR Akhir Bulan

Alhamdulillah, pada tanggal 29 Agustus telah terlaksana pengajian Ahad pagi bagi para sahabat tunanetra muslim yang tergabung di dalam IKJAR (Ikatan Jamaah Raudlatul Makfufin) dengan tema ‘Tadabbur surah Yasin.’ Pengajian Ahad ini dilakukan secara virtual. Walaupun begitu, hal tersebut tidak mengurangi semangat para jamaah dalam mengikuti pengajian. Selama kajian berlangsung, jamaah terlihat sangat antusias bertanya pada saat dibuka sesi pertanyaan.

15 abad berlalu, Al-Qur’an tetap menjadi bahan bacaan yang relevan untuk dipelajari dan diperdalam makna kandungannya. Al-Quran adalah Wahyu yang Allah berikan untuk seluruh umat manusia, Ia bagaikan ladang buah yang segar dan menyehatkan jika kita mau berusaha mentadabburinya serta memetik manfaat yang terkandung di dalamnya. Memperdalam Al-Quran memerlukan perangkat ilmu yang memadai dan diharuskan belajar kepada orang yang ahli di bidangnya.

Mentadabburi – yang artinya memikirkan – ayat Al-Qur’an dapat dipadankan dengan perintah Iqro yang berarti ‘bacalah,’ meskipun perintah membaca ini tidak dijelaskan secara terperinci harus membaca apa. Sebagai makhluk yang diberikan akal, manusia dapat mempergunakannya untuk merenungi alam ciptaannya seperti gunung, laut, planet dan alam semesta raya.

Surah Yasin adalah salah satu surah yang sering dibaca oleh masyarakat Indonesia pada umumnya pada acara tasyakuran, malam jumat, dan nisfu sya’ban. Yasin adalah surah ke 36 yang berisi 83 ayat dan diturunkan di Kota Mekkah. Karena itu, surat ini disebut surat Makkiyyah. Apabila kita memperhatikan salah satu ayat dari surah Yasin, pastinya kita akan lebih berhati-hati dalam melangkah atau melakukan sesuatu karena segala perbuatan kita akan dicatat. Allah berfirman:

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yasin: 12)

Ayat diatas menceritakan bahwasanya di kemudian hari nanti, seluruh amal yang kita perbuat akan dicatat dan diperlihatkan tanpa terkecuali. Allah SWT juga memberitahu kepada umat manusia bahwasanya apa yang menjadi ciptaannya berjalan pada tempatnya masing-masing, tidak ada yang saling mendahului dan hal tersebut telah dikemukakan jauh sebelum sains ditemukan. Allah berfirman:

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin: 40)

Sesungguhnya jika kita mau mentadabburi Al-Qur’an secara perlahan, kita akan lebih bijak dan lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan kita di dunia yang sementara ini. Mempelajari Al-Qur’an tentu harus belajar dari orang yang telah mengerti tentang tafsir Al-Qur’an karena tidak semua orang mau berfikir mendalam akan suatu hal. Umumnya manusia cenderung mengedepankan kemauannya untuk kepentingan diri sendiri, padahal semua itu akan ada balasannya. Allah SWT menciptakan matahari dan rembulan tidak ada yang saling mendahului. Semua berjalan sesuai dengan ketetapannya.

 

**Windra

Keterbatasan Tak Menjadi Penghalang Untuk Menghafalkan Al-Quran

Kitab suci Al-Quran merupakan kalam Allah SWT, yang dimana didalamnya berisikan cahaya ilmu penerang kehidupan dunia maupun akhirat. Allah menurunkan Al-Quran, untuk umat Islam tanpa terkecuali tak mengenal batasan usia ataupun kesempurnaan jasmani. Al-Quran bukan saja bahan bacaan atau pengetahuan semata, akan tetapi sebagai rambu-rambu di dunia, yang selanjutnya menuju alam keabadian dimana setiap kita pasti ketempat tersebut entah kapan waktunya. Dengan rambu-rambu tersebut jadi mengetahui jalan mana saja yang boleh dilewati atau tidak. Karena tak ada satupun yang dapat disembunyikan dari hadapan Allah SWT, meskipun tatkala di dunia kita mahir dalam menyulap kata-kata kepalsuaan. Sesuai dengan firman Allah:

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.

Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”.

Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Fushilat: 20-22)

Menghafal Al-Quran memang bukan perintah wajib bagi umat Muslim, namun ada rasa kesenangan tersendiri dikarenakan dapat membaca ayat-ayat Allah dengan lancar. Karena bagi orang membaca Al-Quran terbata-bata saja Allah tetap memberikan pahala dua kali, lalu apalagi yang telah lancar para Malaikat bersamanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mukmin yang mahir membaca Al-Quran, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al-Quran dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” HR Muslim No. 1329

Sedangkan dalam Islam tidak ada larangan bagi disabilitas tunanetra untuk belajar ilmu yang bermanfaat apalagi menghafal Al-Quran. Seperti halnya para santri Raudlatul Makfufin, yang dimana setiap harinya pagi dan sore bersemangat selalu stor hafalan kepada Ustadznya. Dalam satu minggu sekali mereka sekurang-kurangnya 18 ayat yang dihafalkannya. Belum lagi Murojaah dalam sehari kurang lebih 4 hingga 6 ayat, untuk menjaga hafalannya biar selalu melekat dalam ingatan. Dimana ada niat yang kuat maka gelapnya pandangan tak menjadi alasan untuk menghafalkan ayat-ayat Al-Quran semangat serta tekun sebagai teman terdekatnya.

 

***Windra ©

 

;